Junta Ragu Pengungsi Rohingya Bisa Kembali ke Myanmar

Junta menilai Rohingya bukanlah salah satu dari kelompok etnis Myanmar

EPA-EFE/MONIRUL ALAM
Sekelompok pengungsi Rohingya di atas kapal angkatan laut saat mereka pindah ke Pulau Bhashan Char, di Chittagong, Bangladesh 29 Desember 2020. Kelompok kedua pengungsi Rohingya dipindahkan ke pulau Bhashan Char di bawah distrik Noakhali.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYITAW -- Pemimpin junta Myanmar Min Aung Hlaing meragukan ratusan ribu pengungsi Muslim Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh akan kembali ke tanah kelahiran mereka. Hal itu diungkapkan oleh Min Aung Hlaing dalam wawancara pertamanya sejak mengambil alih kekuasaan dalam kudeta 1 Februari.

Baca Juga


Dalam wawancara dengan televisi Phoenix yang berbahasa China, Min Aung Hlaing ditanya apakah Muslim dapat diizinkan kembali ke Negara Bagian Rakhine. Negara bagian tersebut merupakan rumah bagi pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari tindakan keras militer pada 2017.

"Jika tidak mematuhi hukum Myanmar, apa lagi yang perlu dipertimbangkan? Saya tidak percaya ada negara di dunia yang akan melampaui hukum pengungsi negara mereka sendiri untuk menerima pengungsi," ujar Min Aung Hlaing.

Ketika Min Aung Hlaing ditanya apakah hal itu berarti permohonan internasional atas nama Rohingya tidak berhasil, dia hanya mengangguk. Min Aung Hlaing, memimpin operasi militer pada 2017 di negara bagian Rakhine. Ketika sekitar 700 ribu warga Rohingya melarikan diri dari kekerasan militer. Operasi tersebut diduga merupakan genosida terhadap warga Rohingya.

 

Min Aung Hlaing mengulangi pandangan kaum nasionalis di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha bahwa, Rohingya bukanlah salah satu dari kelompok etnis mereka. Dia mengatakan istilah Rohingya baru muncul sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1948.

"Setelah kami merdeka, sensus juga mencatat kata 'Bengali', 'Pakistan' dan 'Chittagong', tapi tidak pernah ada kata 'Rohingya', jadi kami tidak pernah menerimanya," kata Min Aung Hlaing.

Rohingya secara luas disebut sebagai Bengali oleh otoritas Myanmar. Hal itu menyiratkan bahwa mereka adalah orang luar dari Bangladesh, meskipun beberapa dapat melacak asal-usul mereka di Myanmar selama berabad-abad.

Pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi, yang digulingkan oleh Min Aung Hlaing pada 1 Februari, juga mendapat kecaman internasional karena membela tentara dari tuduhan genosida yang berkaitan dengan Rohingya. Suu Kyi dan militer menolak tuduhan bahwa mereka melakukan genosida. Mereka mengatakan, pasukan keamanan terlibat dalam operasi yang sah terhadap pemberontak Rohingya ketika para pengungsi melarikan diri ke Bangladesh.

Tidak lama setelah kudeta, Min Aung Hlaing mengatakan upaya untuk memulangkan pengungsi dari Bangladesh akan terus berlanjut. Tetapi hingga saat ini belum ada tanda-tanda bahwa mereka akan dipulangkan. 

Bangladesh sangat ingin pengungsi Rohingya bisa kembali ke Myanmar. Jurnal Bangladesh, Dhaka Tribune melaporkan pada Senin (24/5) bahwa upaya untuk memulai kembali pembicaraan tentang pemulangan pengungsi Rohingya sedang dilakukan antara Bangladesh dan Myanmar, dengan bantuan China. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler