Surat Pengakuan Sultan Ottoman Usai Tolak Berdirinya Israel
Sultan Ottoman Abdul Hamid II konsisten mempertahankan Palestina
REPUBLIKA.CO.ID, Kesultanan Ottoman atau Utsmaniyah Turki mempunyai pendirian yang tegas terhadap Palestina dan berdirinya Israel.
Jauh sebelum zionis bertindak, pada 1871, Ottoman mendeklarasikan 80 persen Palestina sebagai milik negara. Sultan Abdul Hamid II yang ketika itu memimpin, meningkatkan tindakan pencegahan terhadap pemukiman Yahudi di Palestina.
Pada 1883, dia membatasi akuisisi tanah Palestina dan memutuskan untuk mengambil wilayah strategis itu. Kemudian pada 1900, dia membatasi masa tinggal orang Yahudi di wilayah Palestina menjadi 30 hari.
Dia melarang akuisisi wilayah untuk orang Yahudi asing di wilayah Kekaisaran Ottoman, termasuk Palestina. Dinyatakan bahwah wilayah Utsmaniyah bukanlah daerah pemukiman bagi orang-orang yang diasingkan dari Eropa.
Baca Juga: Hukum Memakan Daging Biawak
Bahhkan saat pemimpin Gerakan Zionis, Theodor Herzl meminta bantuan Sultan Abdul Hamid II untuk mendapatkan wilayah Palestina, Sang Sultan menolak keras.
Dilansir Daily Sabah, Selasa (25/5) kaum Muda Turki yang menggulingkan Sultan Abdul Hamid II pada 1909 mengasingkan sultan ke Thessaloniki dan memenjarakannya di rumah seorang bankir Yahudi bernama Allatini. Sementara itu, Turki Muda mengizinkan orang Yahudi untuk menetap di Palestina.
Mereka mengaku, orang Yahudi membantunya dalam merebut kekuasaan sehingga orang Yahudi pantas mendapat imbalan. Berjalannya waktu, kelompok tersebut membuat kesepakatan dengan Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour pada tahun 1917.
Dengan Deklarasi Balfour, terlihat Inggris memberikan lampu hijau kepada sebuah negara Yahudi di tanah Palestina. Ketika tentara Ottoman di bawah komando Mustafa Kemal dikalahkan di Suriah, Palestina diduduki oleh Inggris pada tahun 1918. Ini menyebabkan tanah yang dikuasai Turki Muda diambil alih oleh Inggris. Setelah pendudukan Inggris, pemukiman Yahudi di Palestina meningkat.
Dalam sepucuk surat dari Sultan Abdul Hamid II yang termasuk dalam Shadhili Tariqa kepada Shadhili Sheikh Abu 'Shamat Mahmud 22 September 1913.
Baca Juga: Kematian Napoleon Bonaperte Sebab Sakit atau Diracun?
Dalam surat itu, dia mengatakan “Saya berhenti menjadi khalifah karena penindasan dan ancaman oleh Turki Muda. Kelompok ini menuntut saya menyetujui pendirian negara Yahudi di Palestina.
Saya menolak keras. Mereka akhirnya menawarkan 150 juta keping emas Inggris. Saya menolak juga dan saya mengatakan ‘Saya tidak akan pernah setuju dengan Anda bahkan jika Anda tidak menawarkan 150 juta emas Inggris tapi semua emas di seluruh dunia.
Saya melayani komunitas Muslim selama lebih dari 30 tahun. Saya tidak mengecewakan nenek moyang saya. Saya berdoa kepada Allah, saya tidak menerima untuk mendirikan negara baru di tanah Palestina di atas Negara Ottoman dan komunitas Islam.”
Sumber: dailysabah, dailysabah