Shahnaz Haque Ubah Gaya Hidup Usai Jadi Penyintas Kanker
Shahnaz Haque didiagnosis mengidap kanker ovarium pada 1998
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Artis dan presenter Shahnaz Haque melakukan perombakan gaya hidup setelah menjadi penyintas kanker. Shahnaz menceritakan pengalamannya pada kegiatan virtual "Kampanye 10 Jari – Deteksi Faktor Risiko dan Gejala Kanker Ovarium", Sabtu (29/5).
Perempuan 48 tahun tersebut itu bercerita, nenek dan ibunya meninggal dunia setelah berjuang melawan kanker ovarium. Kedua almarhumah terdeteksi mengidap kanker ovarium ketika sudah mencapai stadium lanjut. Jenis kanker serupa dia idap pada 1998.
Kala itu, dalam usia 26 tahun Shahnaz memeriksakan diri ke dokter karena tidak kunjung menstruasi padahal belum menikah. Dia terkejut karena diketahui mengidap kanker ovarium dan harus menjalani operasi. Karena merasa takut, Shahnaz menunda operasi.
Waktu penundaan selama setahun dia isi dengan sibuk bekerja. Akan tetapi, Shahnaz merasakan semakin banyak efek samping termasuk susah buang air besar, sakit pinggang, dan bolak-balik buang air kecil. Dia pun memberanikan diri operasi pada 1999.
"Keuntungan saya, saya tidak mencoba pengobatan alternatif. Kanker ovarium saya dapat ditangani dengan baik salah satunya karena terdeteksi sejak dini. Saat jadi penyintas, saya selalu katakan ke pejuang kanker bahwa ini penyakit medis, bukan mistis," ujarnya.
Menurut Shahnaz, mengidap kanker bukan akhir dari segalanya. Menjadi penyintas sama artinya dengan kesempatan kedua dan tidak boleh menyerah. Dia selalu berusaha mendampingi pejuang kanker dan menyebarkan energi positif, mengingatkan mereka tidak sendirian.
Istri dari drummer Gilang Ramadhan itu mengajak perempuan Indonesia untuk membekali diri dengan informasi mengenai kanker ovarium. Salah satunya dari informasi dalam Kampanye 10 Jari yang memuat enam faktor risiko serta empat tanda jenis kanker tersebut.
Memperhatikan dan melakukan pengecekan terhadap 10 hal itu merupakan upaya penting agar perempuan Indonesia bebas dari ancaman kematian akibat kanker ovarium. Shahnaz yang kini memiliki tiga anak perempuan juga mengingatkan pentingnya melakoni gaya hidup sehat.
Dulu, sebelum didiagnosis mengidap kanker pada 1998, Shahnaz tidak terlalu memedulikan kesehatan dan hanya berkonsultasi ke dokter saat sakit. Setiap hari dia memang bergerak tapi karena jadwal kerja yang padat, bukan aktif berolahraga.
Sejak operasi pada 1999, Shahnaz mengubah pola hidupnya. Hingga kini pun, dia tidak mengonsumsi makanan kaleng seperti sarden dan kornet. Dia menyantap makanan utuh yang dimasak sendiri dan makanan yang tidak berulang kali disimpan di kulkas.
"Memang ada bandel-bandelnya tapi selama 23 tahun saya mencoba pola hidup sehat dan melakukan juga untuk buah hati kami. Paling penting adalah selalu berpikir positif," kata Shahnaz.