5 Pelajaran dari Peristiwa Berimannya Para Penyihir Firaun
Para penyihir Firaun justru berbalik beriman kepada risalah Nabi Musa
REPUBLIKA.CO.ID, Para penyihir yang semula mematuhi perintah Firaun, seketika berbalik menentangnya setelah menyaksikan mukjizat Nabi Musa.
Mereka pun berbondong-bondong menyatakan beriman dan mengakui Musa sebagai utusan Allah. Apa hikmah dibalik berimannya para penyihir Firaun itu? Berikut ulasannya seperti dilansir Alukah.net pada Kamis (10/6).
1.Kokohnya keimanan
Setelah para penyihir Firaun itu menyataka n keimanannya, mereka pun mendapat siksaan dari Firaun. Tapi, sejatinya cobaan yang datang kepada para penyihir itu telah berlalu hingga hari kiamat.
Para penyihir Firaun itu merasakan penderitaan yang sangat menyakitkan dari Firaun. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Araf ayat 124-126 di mana Firaun berkata:
لَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلَافٍ ثُمَّ لَأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ. قَالُوا إِنَّا إِلَىٰ رَبِّنَا مُنْقَلِبُونَ. وَمَا تَنْقِمُ مِنَّا إِلَّا أَنْ آمَنَّا بِآيَاتِ رَبِّنَا لَمَّا جَاءَتْنَا ۚ رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ.
“Sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kakimu dengan bersilang secara bertimbal balik, kemudian sungguh-sungguh aku akan menyalib kamu semuanya (124). Ahli-ahli sihir itu menjawab: "Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali (125). Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami". (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)." (126).
Sebagaimana dijelaskan dalam kitab hadits shahih bukhari, dari Khabbab bin Al Arats mengatakan, “Kami pernah mengeluh kepada Rasulullah ketika itu Beliau sedang beralaskan kain panjangnya di naungan Kabah. Maka kami mengadu, ‘Tidakkah engkau meminta pertolongan untuk kami? Tidakkah engkau berdoa untuk kami? Maka Rasulullah bersabda, “Sungguh sebelum kalian ada orang yang diringkus kemudian digalikan lubang baginya dan ia ditimbun disana. Lalu didatangkan gergaji dan diletakan di kepalanya, sehingga kepalanya menjadi terbelah dua. Dan ada yang disisir dengan sisir besi sehingga memisahkan tulang dan dagingnya namun semua siksaan itu tidak menghilangkannya dari agamanya.”
Diriwayatkan Imam Tirmidzi dalam kitab Sunan Tirmidzi, hadits dari Saad dari Ayahnya berkata, “Aku berkata, “Wahai Rasulullah siapa manusia yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab, ‘Para nabi, kemudian yang sepertinya, kemudian yang sepertinya, sungguh seseorang itu diuji berdasarkan agamanya. Bila agamanya kuat, ujiannya pub berat, sebaliknya bila agamanya lemah, ia diuji berdasarkan agamanya. Ujian tidak akan berhenti menimpa seorang hamba hingga ia berjalan dimuka bumi dengan tidak mempunyai kesalahan.”
2. Lebih takut siksa di akhirat
Setelah beriman para penyihir Firaun memilih untuk tidak tunduk pada Firaun dengan konsekuensi menerima siksaan dari Firaun. Tetapi mereka lebih memilih menerima siksaan Firaun, karena mereka sadar bahwa siksaan di dunia tidak seberapa dibanding disiksa di akhirat, seandainya mati dalam kondisi tidak beriman. Sebagaimana dijelaskan dalam surat Toha ayat 72-74. Serta keterangan hadits yang menjelaskan bahwa sesungguhnya azab dunia lebih ringan dibanding dengan azab akhirat.
3. Tuduhan persekongkolan pada penyihir Firaun dan Nabi Musa
Setelah para penyihir Firaun beriman dan mengikuti ajaran Musa, rupanya Firaun menebar kebohongan dan tuduhan bahwa sejatinya para penyihir yang menyatakan keimanan telah bersekongkol dengan Musa.
Padahal Nabi Musa datang sendirian dari kota Madyan ke istana Firaun. Bahkan ketika datang katak menjumpai para penyihir Firaun ataupun lainnya. Firaun kemudian menyuruh seseorang untuk mengumpulkan para ahli sihir yang paling sakti di kotanya. Para penyihir itu pun datang. Firaun menjanjikan hadiah dan pangkat bila para penyihir itu menang melawan Nabi Musa.
4. Hidayah Allah pada penyihir Firaun
Allah SWT menjadikan para penyihir Firaun tegar dan sabar atas siksaan yang menimpa mereka. Hanya dalam waktu singkat, mereka beriman kendatipun mereka tak pernah bersama nabi Musa. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Araf ayat 126.
5. Allah menggagalkan tipu muslihat Firaun
Berdebat dengan orang-orang yang batil adalah dengan membiarkan mereka menebar kebohongannya, kemudian menyodorkan bukti-bukti dan kebenaran lalu memusnahkan mereka dan membakarnya sampai menjadi debu. Begitu pula nabi Musa ketika menghadapi Firaun dan para penyihirnya. Nabi Musa membuktikan tanda-tanda kebesaran Allah kepada Firaun dan kaumnya. Allah SWT berfirman dalam surat Thoha 65-66:
قَالُوا يَا مُوسَىٰ إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَىٰ. قَالَ بَلْ أَلْقُوا ۖ فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَىٰ
“(Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: "Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan? (65). Berkata Musa: "Silahkan kamu sekalian melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.(66).”
بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ ۚ وَلَكُمُ الْوَيْلُ مِمَّا تَصِفُونَ “Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya).” (QS Al Anbiya 18)
Sumber: alukah