Tata Cara Sholat Malam Ala Nabi Muhammad SAW

Tata cara sholat malam beragam.

Tata Cara Sholat Malam Ala Nabi Muhammad SAW
Rep: Rossi Handayani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perihal tata cara sholat malam, tidak ada tata cara khusus dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tata caranya beragam sehingga seorang Muslim boleh melakukan cara yang mana saja. 

Baca Juga


Ibnul Qayyim rahimahullah dalam bukunya Zaadul Ma’aad membuat pasal dengan judul: "Pasal tentang tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam melakukan sholat malam" Di sini ia menyebutkan tata cara yang banyak tentang sholat malam yang bersumber dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tata cara itu, sebagai berikut.

Pertama, cara yang dikemukakan Ibnu 'Abbas Radhiyallahu anhuma bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bangun pada malam hari lalu melakukan sholat dua rakaat dengan memperlama berdiri, ruku’ dan sujud. Kemudian beliau pergi lalu tidur hingga meniup-niup.

Kemudian beliau melakukan itu sebanyak tiga kali dengan enam rakaat. Pada tiap kalinya beliau bersiwak dan berwudhu dan beliau membaca, إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لأَيَاتٍ لأُوْلِي اْلأَلْبَابِ (hingga akhir surat). Kemudian beliau melakukan sholat witir tiga rakaat.

Infografis Keutamaan Sholat Tahajud - (Republika.co.id)

 

Kedua, cara yang disampaikan Aisyah Radhiyallahu anhuma, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai sholatnya dengan mengerjakan dua rakaat yang pendek. Lali, beliau menyempurnakan rutinitasnya melakukan sholat sebanyak 11 rakaat. Pada tiap dua rakaat beliau salam dan melakukan witir satu rakaat. 

Ketiga, 13 rakaat seperti cara yang kedua. 

Keempat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan sholat malam sebanyak delapan rakaat dengan salam pada tiap-tiap dua rakaat. Kemudian, sholat witir sebanyak lima rakaat sekaligus tanpa duduk kecuali pada rakaat akhir. Cara ini diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shalaatul Musaafiriin wa Qashriha.

Untuk waktu sholat malam, dapat dikerjakan di awal, pertengahan, atau akhir malam. Ini semua pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sebagaimana Anas bin Malik -pembantu Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan,

مَا كُنَّا نَشَاءُ أَنْ نَرَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي اللَّيْلِ مُصَلِّيًا إِلَّا رَأَيْنَاهُ وَلَا نَشَاءُ أَنْ نَرَاهُ نَائِمًا إِلَّا رَأَيْنَاهُ

"Tidaklah kami bangun agar ingin melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di malam hari mengerjakan sholat kecuali pasti kami melihatnya. Dan tidaklah kami bangun melihat beliau dalam keadaan tidur kecuali pasti kami melihatnya pula" (HR Bukhari).

 

Di samping itu, tingkat suara yang dianjurkan saat sholat malam berdasarkan hadits dari Bukhari dan Muslim yakni Rasulullah terkadang membaca dengan lirih dan terkadang membacanya dengan keras. "Apabila beliau sholat di dalam rumah dan membaca Alquran, bacaan beliau tersebut bisa didengar oleh orang yang berada di dalam kamar," (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

"Terkadang beliau mengeraskan suaranya lebih dari itu sehingga bacaan beliau bisa didengar oleh orang yang berada ruangannya (maksudnya di luar kamar)" (HR an-nasai, At-Tirmidzi dan al-Baihaqi).

Cara seperti inilah yang beliau perintahkan kepada Abu Bakar dan Umar, yaitu ketika "Beliau keluar pada suatu malam, lalu beliau mendengar Abu Bakar yang sedang sholat dan membaca dengan suara pelan. Kemudian beliau melewati Umar bin al-Khattab yang sedang sholat dan membaca dengan suara keras. 

Ketika keduanya berkumpul di sisi Rasulullah, beliau bertanya, "Wahai Abu Bakar, aku melewatimu dan engkau sedang sholat dengan suara pelan?"Abu Bakar menjawab, "Aku telah memerdengarkannya kepada Dzat tempat aku bermunajat, wahai Rasulullah!" 

Kemudian beliau bertanya kepada Umar, "Aku telah melewatimu dan engkau sedang sholat dengar suara keras?' Umar menjawab, "Wahai Rasulullah! Aku melakukannya untuk menghilangkan kantuk dan mengusir setan". Nabi kemudian bersabda, "Wahai Abu Bakar! Keraskan sedikit suaramu" dan beliau bersabda kepada Umar, ("Rendahkan sedikit suaramu"). (HR Abu Dawud dan Al-Hakim).

Rasulullah bersabda, "Orang yang membaca Alquran dengan suara keras sama dengan orang yang bersedekah terang-terangan. Orang yang membaca Alquran dengan pelan sama dengan orang yang bersedekah sembunyi-sembunyi," (HR Abu Dawud dan Al-Hakim).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler