Falsafah Dasar Antivirus Covid-19

Inventor usulan paten metode produksi antivirus tidak langsung (2012).

PixaHive
Covid-19 (ilustrasi)
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Raden Umar Hasan Saputra


Pada obrolan dalam suatu perjamuan, seorang teman bertanya kepada saya, kira-kira kapan pandemi ini akan berakhir. Pada saat itu saya jawab, ketika falsafah dasar kita dalam membunuh virus masih seperti sekarang ini, sampai kiamat pun pandemi Covid-19 tidak akan berakhir. Falsafah dasar dari suatu ilmu, ajaran, kejadian atau masalah disebut hakikat, sedangkan falsafah dasar dari Tuhan disebut ma’rifat.

Manusia akan sukses dalam melakukan sesuatu, ketika dia mengerti dengan benar falsafah dasarnya.

Contoh sederhana pada bidang ekonomi. Falsafah dasar keberhasilan sistem ekonomi bukan terletak pada sistemnya, tetapi ada pada kejujuran dan kesediaan untuk berbagi. Tanpa ada keduanya sehebat apapun sistem ekonomi, pasti akan hancur.

Selanjutnya, bagaimana dengan pandemi COVID19? Sampai hari ini kita belum dapat mengatasinya dengan tuntas.  Apakah ini berarti kita belum mengerti falsafah dasarnya secara benar? Jawabannya pasti, ya.

Ada nasehat Bung Karno yang menurut saya sangat penting.  Kalau Anda Islam, jangan jadi orang Arab. Kalau anda Kristen jangan jadi orang Yahudi dan kalau Anda Hindu jangan jadi orang India. Jadilah orang Indonesia dalam setiap posisi kita saat ini. 

Apa yang membedakan orang Indonesia dengan yang lain? Salah satunya yang sangat penting, kita punya prinsip hidup yang sangat mengakui adanya peran Tuhan terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini.

Sebagai contoh, ketika secara kebetulan atau tanpa disangka sesuatu terjadi maka orang Jawa mengatakannya ndilalah. Arti kata ini bukan kebetulan, tetapi kersaning Allah.  Artinya, apa yang terjadi itu karena Tuhan memperkenankan itu terjadi. Tidak ada kebetulan di dunia ini. Semuanya kersaning Allah, termasuk di dalamnya pandemi Covid-19.

Vaksin adalah cara yang tepat dan masuk akal untuk membunuh virus. Namun kelemahannya adalah dia bersifat spesifik. Ketika virus telah bermutasi maka vaksin tidak dapat lagi membunuh virus tersebut. Inilah bahayanya.

Itulah yang terjadi pada vaksin Covid-19. Karena virusnya sangat cepat bermutasi, yang sudah divaksin pun tidak sedikit yang tetap terkena penyakit ini. Mungkin terlalu kasar ketika saya menyatakan secara prinsip pengetahuan manusia dalam membunuh virus relatif tidak berkembang.

Teknologi vaksin sudah ada sejak lebih dari 200 tahun lalu. Walaupun kelemahan yang dimilikinya sangat berbahaya, namun belum ada teknologi lain yang mampu menggantikan teknologi ini. 

Bukankah ini menunjukkan bahwa memang benar dia “tidak berkembang”?

Dengan korban yang terus berjatuhan. Dengan roda perekonomian yang semakin sulit berputar. Dengan semakin banyak dunia usaha yang mengalami kebangkrutan maka sudah saatnya kita semua kembali menjadi orang Indonesia dalam mengatasi Covid-19.  

Semua terjadi kersaning Allah. Ketika Dia menciptakan penyakit maka Dia pulalah yang menciptakan obatnya. Inilah falsafah dasar pertama untuk penyakit dan obat. 

Selanjutnya, apa falsafah dasar penanganan penyakit seperti Covid-19? 

“Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ketika Dia menciptakan penyakit yang ganas dan mudah menyebar, tidak mungkin obat yang Dia ciptakan sulit dan mahal. Obatnya pasti mudah dan murah. Karena bila tidak demikian, kehidupan pasti akan punah.”

Inilah falsafah dasar yang sangat penting, yang darinya kita akan dapat mengatasi pandemi Covid-19 secara tuntas. Bagaimana falsafah ini diimplementasikan? 

Dia lah yang menciptakan obat Covid-19. Namun permasalahannya, kita tidak tahu kepada siapa pengetahuan tentang obat ini Dia berikan. 

Di sinilah peran pemerintah, mencari siapa dia yang dimaksud. Mungkin saja dia masyarakat biasa yang bukan siapa-siapa dalam dunia farmasi atau kedokteran.

Bagaimana cara mencarinya? Buatlah tim yang bertugas mengkaji hasil percobaan atau penelitian yang telah dilakukan anggota masyarakat untuk mendapatkan antivirus Covid-19. 

Mintalah masyarakat yang telah melakukannya, menyampaikan apa yang sudah dilakukan kepada tim ini tanpa takut dianggap menyebarkan berita bohong. Tim ini pun harus bersifat terbuka terhadap berbagai kemungkinan. Mungkin saja mode of action antivirus yang diajukan merupakan suatu teorema baru, karena logikanya untuk mendapatkan jenis antivirus baru, dibutuhkan teorema baru.

Saya yakin dengan cara ini Dia akan menunjukkan dan memberikan kepada kita antivirus yang akan mampu mengatasi Covid-19 secara tuntas. Telah begitu banyak manusia yang menangis dan menderita karena pandemi ini. Jangankan manusia, Dia pun sangat ingin tangisan dan penderitaan ini segera diakhiri. Untuk itulah Dia ingin kita semua kembali menjadi orang Indonesia, dan mengakhiri semua penderitaan ini bersama dengan Dia. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler