Ilmuwan Kembangkan Vaksin Khusus Tumor

Rancang bangun protein tertentu dari tumor disuntikkan ke sel-sel otot.

Flickr
Vaksin (ilustrasi)
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- RNA Duta jadi teknologi baru yang digunakan untuk vaksin di masa pandemi COVID-19. Sekarang teknologi ini juga akan digunakan dalam upaya memerangi kanker.

Baca Juga


Sebuah vaksin canggih sedang dalam proses pengembangan. Vaksin ini diciptakan untuk memerangi secara khusus tumor individual. Nantinya, vaksin akan bisa bergerak cepat, efektif dan hanya sedikit efek sampingan. Itulah potensi teknologi mRNA atau "messengerRNA" untuk memerangi kanker.

Itu juga yang ditunggu ahli onkologi Prof. Dirk Arnold dan rekan-rekannya, di Pusat Penelitian Tumor di Hamburg. Mereka akan memulai studi klinis vaksin itu beberapa bulan lagi, seperti juga di pusat studi lainnya di Eropa.

"Ini salah satu pendekatan modern, di mana kita bisa dibilang memberikan sistem kekebalan tubuh kekuatan untuk memerangi penyerang, yaitu tumor," kata Prof. Dirk Arnold.

Masalahnya, tumor-tumor jahat biasanya berhasil mengecoh sistem kekebalan tubuh selama bertahun-tahun. Tumor bisa menyaru dengan sangat baik, sehingga tidak dikenali sebagai musuh. Atau, sistem kekebalan tubuh terlalu lemah untuk bisa memerangi sel-sel kanker. Akibatnya tumor bisa menyebar tanpa halangan. 

Kurangi risiko kembalinya tumor

Dengan sebuah operasi, baik tumor maupun metastase bisa dihilangkan dari tubuh. Sayangnya, untuk mengurangi risiko, agar tumor tidak kembali lagi, masih banyak yang perlu dilakukan.

Prof. Dirk Arnold mengungkap, "Bahkan ahli bedah terbaik di dunia pun, tidak bisa mendeteksi sel-sel tumor yang terpecah dan bisa berada di bagian lain tubuh. Atau sedang tidak aktif dan tidak membesar."

Ahli bedah tidak bisa mengubah biologi penyakit itu. Artinya, sel tumor bisa bertahan lama di tubuh, dan tiba-tiba aktif lagi dan bertambah banyak.

Dengan vaksin RNA duta (atau messenger-RNA, mRNA) terbaru, sistem kekebalan tubuh akan direkayasa untuk mampu memerangi tumor secara terarah. Berbeda dengan vaksin klasik yang ada selama ini, elemen tumor yang sudah dimatikan tidak akan disuntikkan ke dalam tubuh.

Dengan unsur pembawa pesan RNA duta, rancang bangun protein tertentu dari tumor disuntikkan ke sel-sel otot. Berdasar pola ini, tubuh membentuk sendiri elemen-elemen tumor.

Sistem kekebalan tubuh mengenalinya sebagai benda asing dan memproduksi antibodi. Sistem kekebalan tubuh kini mengenali musuh yang harus diperangi.

 

Niels Halama, yang juga ahli onkologi menjelaskan, "Kita ibaratnya membalik proses produksinya. Tidak diproduksi di laboratorium, dengan segala peralatan teknik canggih. Melainkan produksi antibodi dialihkan ke tubuh pasien." Tubuh bisa mengolahnya dengan baik dan menghasilkan efek, yang bisa dipelajari sistem kekebalan tubuh.

Para peneliti juga berharap, dengan vaksin itu, sistem kekebalan tubuh bisa mengenali sel tumor sangat dini. Sebelum anak sebar tumor tumbuh di bagian lain.

"Jadi tujuannya, sisa-sisa tumor ini akan dilemahkan atau dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh. Sehingga peluang pasien untuk sembuh menjadi lebih besar, " ucap Prof. Dirk Arnold.

 

Sangat menjanjikan untuk perangi kanker

Vaksin RNA duta atau "mRNA" akan diproduksi perusahaan farmasi BioNTech di kota Mainz. Perusahaan itu sudah membuat vaksin anti COVID-19 dengan teknologi tersebut.

Perusahaan farmasi Curevac dari Tübingen, dan Moderna di Amerika, juga mengandalkan teknologi mRNA. Teknologi ini bisa digunakan dalam upaya memerangi virus Corona, juga kanker. Tujuannya: memproduksi dengan cepat, vaksin yang cocok untuk setiap pasien. 

"Ini benar-benar tonggak sejarah. Karena kita tidak perlu waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, sampai sebuah vaksin selesai, melainkan hanya beberapa pekan. Dari segi kemanjuran, ini jadi pembuka babak baru," ungkap Niels Halama.

Hasil studi klinis mungkin baru akan ada beberapa tahun lagi. Tapi para ahli onkologi yakin, mereka sudah punya senjata ampuh untuk memerangi kanker.

 

 

sumber: https://www.dw.com/id/vaksin-khusus-kurangi-risiko-kembalinya-tumor/a-57780457

sumber : DW
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler