Sakit Kepala Hebat, Tanda Pembekuan Darah Terkait Vaksin AZ

Pembekuan darah pada penerima vaksin AstraZeneca umumnya ditandai sakit kepala hebat.

AP/Dita Alangkara
Seorang pekerja medis mempersiapkan suntikan vaksin Covid-19 AstraZeneca untuk pekerja ritel di sebuah stadion di Jakarta, Selasa, (15/6). Gejala pembekuan darah yang identik dengan pengaruh vaksin AstraZeneca di antaranya sakit kepala yang hebat, kadang disertai dengan gangguan penglihatan, mual, muntah dan gangguan berbicara.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada (UGM) Prof Zullies Ikawati menjelaskan, ada gejala khusus yang identik dengan pembekuan darah pada penerima vaksin AstraZeneca. Mereka umumnya merasakan sakit kepala yang hebat serta gangguan berbicara.

"Pendarahannya kebanyakan dijumpai pada pembuluh darah di daerah kepala, yang disebut cerebral venous sinus thrombosis (CVST)," ujar Prof Zullies, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.

Gejala pembekuan darah yang identik dengan pengaruh vaksin AstraZeneca di antaranya sakit kepala yang hebat, kadang disertai dengan gangguan penglihatan, mual, muntah, dan gangguan berbicara. Selain itu, menurut Prof Zullies, gejala lain yang bisa dijumpai adalah nyeri dada, sesak napas, pembengkakan pada kaki, atau nyeri perut.

"Kadang dijumpai lebam di bawah kulit," jelasnya.

Baca Juga


Jika terdapat gejala-gejala demikian, segera dapatkan bantuan medis. Di Eropa, reaksi umumnya terjadi tiga hingga 14 hari setelah vaksinasi.

Gejala-gejala semacam sakit kepala yang hebat dan tidak tertahankan juga sempat dialami oleh salah satu penerima AstraZeneca di Buaran, Jakarta Timur, bernama Trio Firdaus. Menurut Prof Zullies, kemungkinan memang warga tersebut mengalami pembekuan darah.

"Namun demikian, hal ini masih perlu dipastikan, karena kejadiannya sangat cepat," katanya.

Menurut Prof Zullies, yang perlu dipahami adalah bahwa dari ribuan penduduk yang menerima vaksin AstraZeneca di Indonesia, hanya satu orang yang dilaporkan meninggal dengan dugaan tersebut. Ia mengatakan, kejadian itu lebih dipengaruhi oleh reaksi individual subjek dibandingkan dengan kualitas vaksinnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler