Kisah Jutawan Gaza yang Bantu Krisis di Wilayahnya

Orang-orang kaya di Gaza selalu memastikan untuk membantu orang miskin.

AP/Felipe Dana
Warga Palestina menunggu di luar perbatasan perbatasan Rafah dengan Mesir, Jalur Gaza selatan, Ahad, 6 Juni 2021.
Rep: Puti Almas Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY — Jalur Gaza, Palestina, menjadi sebuah wilayah di mana lebih dari setengah dari dua juta penduduk hidup di bawah garis kemiskinan. Meski demikian, tetap ada ratusan orang yang dikenal sebagai miliarder atau jutawan, yang diyakini siap membantu memastikan agar mereka yang membutuhkan mendapat bantuan.

Satu bulan setelah berakhirnya operasi militer Israel di Jalur Gaza, upaya internasional untuk membangun kembali wilayah yang hancur terus berlanjut. Dilansir Sputnik, Mesir menjadi salah satu negara tetangga yang telah mengiris peralatan serta tenaga profesional untuk membantu rekonstruksi.

Selain itu, Mesir juga menjanjikan dana hingga setengah miliar dolar AS untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi di Jalur Gaza. Langkah serupa juga diambil oleh Qatar yang mengatakan siap menginvestasikan setengah miliar dolar AS  ke daerah kantong pantai tersebut.

Uni Emirat Arab (UEA) mengirim berton-ton makanan dan pasokan medis ke Gaza. Meski demikian, tidak hanya upaya internasional yang menjaga wilayah ini tetap bertahan. Di dalam Jalur Gaza, juga terdapat orang-orang yang datang untuk menyelamatkan perekonomian wilayah itu dan penduduknya yang miskin.

Baca Juga


Jawdat al-Khodary, seorang miliarder Palestina, mengatakan siap melakukan yang terbaik untuk membantu sesama. “Setiap orang kaya, baik di Gaza maupun Tepi Barat, harus memenuhi tanggung jawab mereka terhadap komunitas mereka dan membantu sedapat mungkin,” ujar al-Khodary.

Al-Khodary mengatakan, secara pribadi mencoba membantu dalam kasus-kasus paling mendesak, terutama kepada keluarga yang kehilangan rumah, pabrik, dan toko mereka. Sebelumnya, dilaporkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melakukan ‘Operasi Penjaga Tembok’ yang memberi pukulan telak bagi Jalur Gaza.

Kondisi ini membuat setidaknya 2.000 tempat tinggal, empat masjid, dan puluhan kantor polisi hingga institusi medis, sekolah, serta fasilitas lainnya sebagian atau seluruhnya hancur.  

Bahkan, sebelum serangan militer Israel selama 11 hari pada Mei lalu terjadi, kehidupan di Jalur Gaza penuh dengan tantangan. Selain setengah populasi yang hidup dalam kemiskinan, mereka juga harus menghadapi berbagai keterbatasan dan tak sedikit yang pada akhirnya memilih melarikan diri ke negara, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa.

Banyak juga yang memilih untuk menetap di kamp-kamp pengungsi yang disediakan oleh badan-badan internasional. Meski demikian, al-Khodary mengatakan mayoritas warga Gaza tidak menganggap relokasi sebagai pilihan.

“Hidup di Gaza indah meskipun situasi kami sulit. Ini adalah rumah kami dan inilah mengapa penting untuk membangun dan mengembangkannya, serta mencegah potensi kehancurannya,” ujar al-Khodary menjelaskan.

Al-Khodary mengatakan, orang-orang kaya di Gaza selalu memastikan untuk membantu orang miskin. Dalam solidaritas satu sama lain, orang kaya membantu tidak hanya melalui proyek khusus, tapi secara langsung dengan memberi sumbangan dana.

“Orang kaya juga membantu keluarga miskin dengan menyediakan kebutuhan dasar mereka,” kata al-Khodary.

Laporan menunjukkan ada beberapa ratus jutawan di Jalur Gaza. Beberapa telah menghasilkan uang dengan membantu Hamas, faksi politik Palestina di wilayah tersebut.

Kekayaan para miliarder di Palestina berasal dari warisan, seperti halnya al-Khodary, yang berasal dari keluarga pedagang yang mapan. Ia melanjutkan tradisi nenek moyangnya, berdagang di dunia Arab dan mengimpor barang ke Jalur Gaza, hingga seiring waktu memperluas bisnisnya dengan membuka hotel dan restoran yang populer di kalangan massa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler