Alhamdulillah, Muslim Tasmania akan Miliki Masjid Pertama
Setiap hari Jumat, ratusan jamaah Muslim memadati mushola di kampus.
REPUBLIKA.CO.ID, LAUNCESTON -- Selama hampir 200 tahun, agama telah memainkan peran sentral dalam kehidupan penduduk Launceston, Australia, yang tak terhitung jumlahnya. Selama dua abad itu, ada banyak gereja yang siap menerima mereka ke dalam jamaatnya.
Namun, agama lain tidak selalu memiliki akses pada manfaat dari sejarah yang begitu panjang di Launceston. Setiap hari Jumat, ratusan jamaah Muslim memadati mushola di kampus Newnham University of Tasmania, karena tidak ada masjid di kota tersebut.
Di antara mereka adalah Benjamin Nitschke, yang masuk Islam pada 2004, yang pindah dari Queensland ke Launceston pada 2011. Tidak adanya masjid di kota itu adalah sesuatu yang harus dia biasakan.
"Sama seperti orang Kristen membutuhkan gereja, Muslim membutuhkan masjid. Gereja pertama didirikan di sini 200 tahun yang lalu dan Sinagoga pertama jadi mungkin sudah lama datang," tuturnya.
Pada 2013, komunitas Muslim diperkirakan ada antara 40 dan 50 keluarga yang mempraktikkan agamanya di Launceston. Pada tahun tersebut juga, jumlah itu telah meningkat menjadi sekitar 500.
Untuk menanggapi pertumbuhan komunitas, para Muslim di Launceston mulai secara aktif menggalang dana untuk sebuah masjid setelah ada wasiat yang murah hati dari seorang anggota komunitas yang membantu membeli sebuah bangunan di Kings Meadows, bekas gedung Salvation Army di Kay Street.
Komunitas berencana untuk merenovasinya selama beberapa bulan mendatang, melihatnya memiliki tata letak yang ideal. Masjid yang diberi nama House of Guidance itu rencananya akan dibuka akhir tahun ini. Dosen Universitas Tasmania (Utas) Dr Rabiul Islam termasuk di antara mereka yang melihat pertumbuhan komunitas Muslim Launceston.
Setelah sebelumnya tinggal di Inggris dan Kanada, Dr Islam tidak pernah tinggal di Launceston tanpa masjid sehingga ia pun berterima kasih kepada Utas karena telah menyediakan ruang bagi masyarakat Muslim.
"Masjid adalah pusat kami. Ketika saya datang ke Tasmania, saya beruntung Utas memiliki ruang untuk sholat ini. Meskipun kami tidak memiliki masjid yang layak, ruang sholat sudah cukup," katanya.
Sementara itu, salah seorang Muslim di Launceston, Nitschke, mengatakan masjid akan menjadi ruang komunitas yang ramah untuk semua, dan memungkinkan penduduk Launceston untuk mendapatkan pemahaman tentang Islam. Dia mengatakan itu sepenuhnya didorong oleh dana komunitas.
"Tidak ada uang yang datang dari luar negeri, kedutaan besar ataupun pemerintah. Itu semua datang dari orang lokal atau orang lain di Australia," ujar dia.
Mereka berdua sepakat bahwa pembelian gedung untuk masjid pertama Launceston yang akan datang juga merupakan tanda meningkatnya multikulturalisme di Tasmania, wilayah di mana kota Launceston berada.