RS di Banyumas Kewalahan Sediakan Peti Mati Pasien Covid-19
Pemakaman pasien Covid-19 memiliki standar operasional yang ketat.
REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Tingginya angka kematian akibat Covid 19 di Kabupaten Banyumas, menyebabkan pihak rumah sakit kewalahan memenuhi permintaan peti mati. "Sejak awal Juni 2021 kemarin, jumlah pasien yang meninggal terus meningkat. Bahkan sejak sepekan terakhir, tingkat kematian pasien Covid-19 mencapai lebih dari 30 pasien per hari," jelas Wakil Bupati Sadewo Tri Lastiono, Kamis (15/7).
Dia menyebutkan, pemakaman pasien Covid-19 memiliki standar operasional yang ketat. Meski jenazah telah dikafani, pemakaman tetap harus dilakukan dengan menggunakan peti mati. Hal ini untuk menghindari terjadinya penyebaran virus Covid-19.
Untuk itu, pemulasaraan jenazah tetap harus dilakukan pihak rumah sakit dan petugas relawan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan. Tidak bisa dilakukan oleh pihak keluarga almarhum.
Yang menjadi masalah, kata Sadewo, pihak rumah sakit saat ini mengalami kesulitan dalam menyediakan peti mati. "Selama ini, peti mati untuk rumah sakit seringkali disiapkan Yayasan Eka Pralaya Purwokerto. Namun mengingat lonjakan pasien Covid-19 yang meninggal, pihak yayasan sudah kesulitan memenuhi kebutuhan peti mati," katanya.
Terkait hal ini, Sadewo telah menggalang bantuan dari kalangan pengusaha untuk pengadaan peti mati bagi jenazah pasien Covid-19. "Sejauh ini, Pemkab Banyumas telah menerima 150 peti bantuan pengusaha. Saya berharap, kepedulian para pengusaha ini terus diberikan mengingat kasus kematian akibat Covid 19 di Banyumas masih relatif tinggi," katanya.
Bupati Banyumas Achmad Husein, sebelumnya menyebutkan angka kematian akibat Covid 19 di Kabupaten Banyumas pada Bulan Juli 2021 mengalami lonjakan tajam. Hanya dalam waktu 10 hari pertama Bulan Juli 2021, jumlah pasien Covid 19 yang meninggal sudah mencapai 213 pasien. Jumlah ini jauh lebih tinggi dari kematian selama sebulan pada Juni 2021, yang tercatat sebanyak 168 pasien.
Secara rinci dia menyebutkan, pada 1 Juli tercatat 16 pasien meninggal, 2 dan 3 Juli ada 17 pasien meninggal dalam sehari, 4 dan 5 juli 18 kasus kematian dalam sehari, 6 hingga 9 juli melonjak menjadi 20 kasus meninggal per hari, dan 10 Juli ada 33 pasien meninggal per hari.