Cara Petani Kopi Malang Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19

Petani di Sumbermanjing Wetan lainnya juga mengembangkan ternak kambing dan lebah.

Istimewa
Petani di Kabupaten Malang melakukan budidaya kopi.
Rep: Wilda Fizriyani Red: Muhammad Fakhruddin

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Pandemi Covid-19 telah menyebabkan dampak buruk di berbagai aspek di Indonesia. Dampak ini semakin terasa saat Indonesia mulai menerapkan kebijakan PPKM Darurat mulai 3 Juli lalu.


Petani kopi di wilayah AMSTIRDAM (Ampel Gading, Sumber Manjing Wetan, Tirtoyudo, dan Dampit), Kabupaten Malang, Jawa Timur memiliki cara tersendiri untuk bertahan di tengah pandemi Covid-19. Saat ini mereka masih aktif berkebun dengan menerapkan protokol kesehatan. Bahkan, tetap bisa memenuhi kebutuhan pangan dasar sehari-hari. 

Petani kopi di Sumbermanjing Wetan, Bakri mengatakan, masing-masing kelompok tani kopi di desanya masih mengembangkan budidaya kopi dan tanaman pangan lainnya. Oleh karena itu, dia dan petani lainnya dapat mengambil kebutuhan pangan dari kebun sendiri. "Seperti sayur dan buah-buahan, dan menjualnya jika berlebih," kata Bakri di Malang, Jumat (16/7).

Selain berkebun kopi dan tanaman pangan, petani di Sumbermanjing Wetan lainnya juga mengembangkan ternak kambing dan lebah. Kemudian juga mengembangkan kegiatan diversifikasi lainnya di kebun. 

Dari kegiatan tambahan tersebut, para petani mampu mendapatkan madu. Kemudian juga membuat pupuk kompos dari campuran kotoran kambing dan kulit biji kopi. "Dan membuat bibit kopi serta juga menyewakan pengeringan biji kopi," ungkapnya. 

Bakri memastikan, saat ini permintaan bibit kopi dari luar wilayah Sumbermanjing Wetan selalu ada. Bahkan, petani sering mengejar produksi untuk memenuhi target permintaan hingga 10.000 bibit. Satu bibit dijual sekitar Rp 5.000 sehingga bisa menjadi pendapatan utama ketika biji kopi belum bisa dipanen.

Menurut Bakri, kondisi ini bisa terjadi karena para petani telah mendapatkan berbagai pengetahuan baru tentang budidaya kopi. Pengetahuan ini diperoleh dari program pendampingan peningkatan kapabilitas petani yang dilakukan Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (Yayasan IDH) bersama dengan PT Asal Jaya. PT Asal Jaya merupakan perusahaan eksportir kopi nasional di Jawa Timur sejak 2016 hingga 2021.

Sebelum ada pelatihan, para petani di AMSTIRDAM masih bercocok tanam dengan pengetahuan yang terbatas. Mereka masih menggunakan cara yang diwariskan orang tua sebelumnya. Yakni, dengan sistem monokultur atau satu jenis tanaman kopi saja. 

"Ini mengakibatkan kualitas biji kopi yang dihasilkan dari masing-masing kebun masih beragam dan nilai jualnya menjadi rendah," katanya. 

Melalui pembelajaran selama lima tahun terakhir, Bakri dan para petani kini bisa menghadapi masalah selama pandemi Covid-19. Saat ini pihaknya masih bisa berkebun dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apalagi, produktivitas kebun kopinya meningkat sekitar 11 persen karena PT Asal Jaya menjadi pembeli utama. 

 

Yayasan IDH dan PT Asal Jaya merespons baik atas dampak program pendampingan yang dirasakan petani. Program Manager Yayasan IDH, Melati bersyukur pelatihan dan keterampilan yang telah diberikan memberikan manfaat baik. Terlebih, manfaatnya dapat dirasakan oleh petani saat pandemi Covid-19.

Melati berharap akan ada perusahaan lokal lainnya yang akan mengikuti jejak PT Asal Jaya. Hal ini penting dilakukan agar mutu dan kesejahteraan petani dapat berkembang dalam sistem diversivikasi, pelatihan, dan peningkatan kapasitas praktik pertanian yang baik. "Contohnya, dari penanaman bibit kopi hingga teknik pasca-panen pada perkebunan petani kopi swadaya," jelasnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler