Ilmuwan: Cuaca Ekstrem Terjadi karena Emisi Manusia

Ilmuwan iklim menyebut pemanasan akibat aktivitas manusia sebabkan cuaca ekstrem

EPA-EFE/GEORGI LICOVSKI
Asap mengepul dari sebuah pabrik di atas ibu kota Skopje yang tertutup kabut asap dan polusi, di Skopje, Republik Makedonia Utara, pada 24 Januari 2021.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Benua Amerika telah menjadi fokus dalam beberapa pekan terakhir karena dilanda rekor gelombang panas. Pekan lalu, Kanada dan sejumlah wilayah di Amerika Serikat (AS) mencatat rekor panas harian nasional.
 
Para ilmuwan mengatakan cuaca ekstrem seperti itu hampir tidak mungkin terjadi tanpa pemanasan yang disebabkan oleh manusia. Akhir pekan lalu, stasiun pemantau di Death Valley di California mencatat suhu mencapai 54,4 derajat Celcius. Ini merupakan suhu tertinggi yang pernah dicatat.
 
Seorang ilmuwan iklim di University of California di Los Angeles, Daniel Swain, mengatakan sebagian besar wilayah di AS mencatat kenaikan cuaca pada musim panas. Kenaikan cuaca ini telah menjadi hal yang lazim sehingga tidak lagi dianggap sebagai berita besar. Anomali cuaca juga terjadi di negara lain dan kurang mendapat perhatian media.  

“AS sering menjadi sorotan, tetapi kami juga telah melihat peristiwa panas yang luar biasa di Eropa utara dan Siberia. Ini bukan peristiwa aneh yang terlokalisasi. Ini jelas merupakan bagian dari pola global yang koheren," ujar Swain dilansir The Guardian, Sabtu (17/7).

Gelombang panas juga memecahkan rekor di sejumlah kota di India, Pakistan, dan Libya. Wilayah tersebut telah mengalami suhu yang luar biasa tinggi dalam beberapa pekan terakhir.  

Ilmuwan iklim telah lama meramalkan bahwa emisi manusia akan menyebabkan lebih banyak banjir, gelombang panas, kekeringan, badai, dan bentuk cuaca ekstrem lainnya. Cuaca terpanas dalam sejarah terjadi sejak 2014.

Sebagian besar sebagai akibat dari pemanasan global, yang disebabkan oleh asap knalpot mesin, pembakaran hutan, dan aktivitas manusia lainnya. Ilmuwan memprediksi cuaca yang lebih ekstrem akan terjadi dengan frekuensi lebih sering di lebih banyak tempat.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler