Virus Corona Baru Ditemukan di Kelelawar Tapal Inggris
Belum ada bukti bahwa virus baru tersebut telah ditularkan ke manusia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus corona yang terkait dengan penyebab infeksi penyakit COVID-19 pada manusia telah ditemukan pada kelelawar tapal kuda di Inggris. Temuan ini diketahui dari penelitian terbaru dari University of East Anglia (UEA), Zoological Society of London (ZSL), dan Public Health England (PHE).
Meski demikian, belum ada bukti bahwa virus baru tersebut telah ditularkan ke manusia ataupun berpotensi demikian. Terdapat pengecualian jika virus bermutasi.
Tim peneliti dari UEA mengumpulkan sampel tinja lebih dari 50 kelelawar tapal kuda di Somerset, Gloucestershire dan Wales dan mengirimkannya untuk analisis virus di PHE. Pengurutan genom dilakukan dan menemukan virus corona jenis baru di salah satu sampel kelelawar.
Ini adalah pertama kalinya sarbecovirus, virus corona jenis baru terkait SARS ditemukan pada kelelawar tapal kuda di Inggris. Tim peneliti mengatakan bahwa kelelawar ini hampir pasti telah menyimpan virus untuk waktu yang sangat lama.
Virus baru ini tidak menimbulkan risiko langsung bagi manusia, kecuali jika bermutasi. Mutasi dapat terjadi jika manusia dengan COVID-19 menularkannya ke kelelawar yang terinfeksi.
"Kelelawar tapal kuda ditemukan di seluruh Eropa, Afrika, Asia dan Australia dan kelelawar yang kami uji terletak di ujung barat jangkauan mereka,” ujar Diana Bell, seorang ahli penyakit zoonosis dari Sekolah Ilmu Biologi UEA, dilansir News Medical, Selasa (20/7).
Virus serupa telah ditemukan pada spesies kelelawar tapal kuda lainnya di Cina, Asia Tenggara, dan Eropa Timur. Menurut Bell, penelitian memperluas jangkauan geografis dan spesies dari jenis virus ini, kemudian menunjukkan keberadaan yang lebih luas di lebih dari 90 spesies kelelawar tapal kuda.
"Kelelawar hampir pasti telah menyimpan virus ini untuk waktu yang sangat lama, mungkin ribuan tahun. Kami tidak mengetahuinya sebelumnya karena ini adalah pertama kalinya tes semacam itu dilakukan pada kelelawar Inggris,” jelas Bell.
Penelitian tentang asal-usul virus corona jenis baru SARS-CoV-2, yang menyebabkan COVID-19 pada manusia, telah difokuskan pada kelelawar tapal kuda. Terapi, ada sekitar 1.400 spesies kelelawar lain dan mereka terdiri dari 20 persen mamalia yang diketahui.
“Temuan kami menyoroti perlunya pengujian genotipe yang kuat untuk jenis virus ini pada populasi kelelawar di seluruh dunia dan itu menimbulkan pertanyaan penting tentang hewan apa yang membawa virus jenis ini,” kata Bell.
Andrew Cunningham, profesor dari Zoological Society of London, mengatakan virus di kelelawar Inggris mengatakan ini bukan ancaman bagi manusia karena receptor binding domain (RBD), bagian virus yang menempel pada sel inang untuk menginfeksinya tidak kompatibel dengan kemampuan menginfeksi sel manusia. Tetapi, apa yang menjadi masalah adalah kelelawar manapun yang menyimpan virus corona mirip SARS dapat bertindak sebagai wadah peleburan untuk mutasi virus.
Jadi, jika kelelawar dengan infeksi RhGB01 yang ditemukan terinfeksi SARS-CoV-2, ada risiko bahwa virus-virus ini akan berhibridisasi dan virus baru muncul dengan RBD SARS-CoV-2, sehingga dapat menginfeksi manusia. Mencegah penularan SARS-CoV-2, dari manusia ke kelelawar sangat penting dengan kampanye vaksinasi massal global saat ini terhadap virus ini
Risiko utama adalah misalnya seorang rehabilitator kelelawar merawat hewan yang diselamatkan dan menginfeksinya dengan SARS-CoV-2, yang akan memberikan kesempatan untuk rekombinasi genetik jika sudah membawa sarbecovirus lain. Siapapun yang bersentuhan dengan kelelawar atau kotorannya, seperti penyelamat kelelawar atau penjelajah gua, harus mengenakan APD yang sesuai untuk mengurangi risiko terjadinya mutasi.
“Kita perlu menerapkan peraturan ketat secara global bagi siapa pun yang menangani kelelawar dan hewan liar lainnya,” jelas Cunningham.
Virus baru ini termasuk dalam subkelompok coronavirus yang disebut sarbecovirus yang berisi SARS-CoV-2 bertanggung jawab atas pandemi saat ini dan SARS-CoV bertanggung jawab atas wabah SARS pada manusia. Analisis lebih lanjut membandingkan virus dengan yang ditemukan pada spesies kelelawar tapal kuda lain di Cina, Asia Tenggara dan Eropa dan menunjukkan bahwa kerabat terdekatnya ditemukan pada kelelawar Blasius dari Bulgaria pada 2008.
Penemuan di Inggris ini dibuat oleh mahasiswa sarjana ekologi Ivana Murphy, dari Sekolah Ilmu Biologi UEA. Mereka mengumpulkan kotoran kelelawar sebagai bagian dari disertasi penelitian tahun terakhirnya. Jack Crook melakukan analisis genetik dalam kemitraan dengan peneliti lain di PHE.