Pertumbuhan Sel Surya Capai 486 persen dalam 3 Tahun
Pertumbuhan mengindikasikan tingginya minat terhadap penggunaan energi bersih.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) menyebutkan angka pertumbuhan sel surya mencapai 486,49 persen dalam tiga tahun terakhir terhitung sejak 2018 hingga Maret 2021. Pertumbuhan yang hampir lima kali lipat itu mengindikasikan tingginya minat masyarakat terhadap penggunaan energi bersih.
"Tahun 2018 sekitar 500 pengguna, sekarang naiknya 486 persen hanya dalam kurung waktu tiga tahun. Itu pertumbuhan yang luar biasa," kata Wakil Ketua Umum AESI Athony Utomo dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Senin (26/7).
Hingga Maret 2021, total jumlah pelanggan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap tercatat sebanyak 3.472 rumah tangga dengan total kapasitas daya listrik yang dihasilkan mencapai 26,51 megawatt peak (MWp). Jawa Barat menjadi wilayah dengan pemanfaatan PLTS atap terbesar di Indonesia yang bisa menghasilkan listrik 6,17 MWp, lalu disusul Jakarta Raya sebesar 5,87 MWp, kemudian Jawa Tengah dan Yogyakarta sebesar 5,31 MWp.
Anthony mengungkapkan bahwa penerbitan Peraturan Menteri ESDM Nomor 49 Tahun 2018 tentang penggunaan sistem PLTS atap oleh konsumen PLN menjadi booster yang mendorong peningkatan signifikan penggunaan solar sel Indonesia. Menurutnya, angka pertumbuhan solar sel itu justru lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan gross domestic product (GDP) atau produk domestik bruto nasional.
"Pertumbuhan GDP kita saja 5,0 persen sudah empot-empotan, ini dalam waktu hanya tiga tahun tumbuhnya 485 persen atau hampir lima kali lipat," ujar Anthony.
Dalam pemberitaan sebelumnya, pemerintah menyatakan berkomitmen akan menjadikan listrik tenaga surya sebagai penopang bauran energi baru terbarukan (EBT) melalui penambahan kapasitas pembangkit sebesar 38 gigawatt (GW) hingga tahun 2035. Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Ego Syahrial mengatakan pemerintah memprioritaskan energi surya karena biaya investasi yang semakin rendah dari tahun ke tahun.
"Pengembangan pembangkit EBT sampai tahun 2035 diharapkan akan ada tambahan sebesar 38 GW yang akan didominasi oleh pembangkit listrik tenaga surya mengingat harganya semakin kompetitif," kata Ego Syarial.