Bocah tak Miliki Anus di Indramayu Butuh Uluran Tangan

Pihak keluarga hanya memberikan perawatan seadanya karena tak memiliki dana.

Rep: Lilis Sri Handayani Red: Bayu Hermawan

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Malang nian nasib yang dialami Kusniah (6). Bocah asal Desa Temiyangsari, Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu itu terlahir dengan kondisi tidak memliki anus dan memiliki kelainan jantung.

Baca Juga


Ibu kandung Kusniah, Wartiah (43), mengatakan, anak keempatnya itu terpaksa harus buang air besar (BAB) melalui lubang buatan pada perut sebelah kiri. Lubang tersebut dibuat oleh tim dokter di rumah sakit di Bandung saat bocah tersebut berusia delapan bulan.

"Lubang anusnya seperti jarum, hanya ada kerutannya saja," ujar Wartiah, saat ditemui di rumahnya di Desa Temiyangsari, Kamis (29/7).

Dengan dibuatkan lubang buatan pada bagian perut, Kusniah pun buang air besar melalui lubang tersebut. Kotoran selalu tiba-tiba keluar begitu saja dari lubang tersebut. Semestinya, ada plastik khusus untuk menampung kotoran itu. Namun, akibat keterbatasan biaya, keluarganya hanya bisa memasangkan plastik biasa.

Wartiah dan suaminya, Wastari (44), selama ini menggantungkan pemenuhan kebutuhan ekonomi sehari-hari dari usaha warung kecil-kecilan di rumah mereka. Hasil berjualan itu tak cukup untuk mengobati kelainan yang dialami putri mereka.

Saat menjalani operasi pembuatan lubang buatan pada perut Kusniah, Wartiah terpaksa menjual habis barang-barang berharga miliknya, termasuk tanah. Mereka bahkan sampai harus berutang untuk memenuhi biaya hidup selama Kusniah menjalani perawatan di RS di Bandung selama dua bulan.

Hingga kini, mereka pun harus mengeluarkan biaya Rp 500 ribu setiap bulannya untuk membeli semacam lem agar lubang buatan di perut Kusniah tidak infeksi. "Semua demi anak," ucap Wartiah sambil terisak.

Tak hanya sampai di situ, penderitaan yang dialami Kusniah semakin bertambah karena bocah itu juga  menderita kelainan jantung. Jika ingin menjalani operasi anus, maka bocah tersebut harus menjalani operasi jantung terlebih dahulu.

Namun, Wartiah mengaku hanya bisa pasrah karena ketiadaan biaya. Dia berharap, ada pihak yang bersedia membantu kesembuhan putrinya. "Saya ingin Kusniah bisa sembuh, seperti anak-anak lainnya," katanya.

Sementara itu, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) yang mendengar kondisi Kusniah langsung turun untuk melihat langsung kondisi bocah tersebut. LPAI akan berusaha secepatnya membantu Kusniah agar  mendapat penanganan.

Koordinator LPAI Indramayu, Adi Wijaya, mengatakan, Kusniah sebentar lagi akan memasuki usia sekolah. Jika tidak segera ditangani, maka dikhawatirkan bocah malang tersebut akan menjadi korban bullying.

"Kondisi Kusniah sangat memprihatinkan," ujar

Adi mengaku akan berusaha menggandeng Kilau agar Kusniah bisa segera menjalani operasi. Dia juga berharap, pemerintah daerah bisa ikut membantu agar Kusniah bisa sembuh dan menjalani kehidupan normal seperti anak-anak lainnya. 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler