Ekspor Mebel dan Kerajinan Melonjak 35,41 Persen
Lonjakan permintaan mebel dan kerajinan terutama datang dari pasar AS.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekspor mebel dan kerajinan Indonesia mencatat kinerja positif di tengah pandemi global, dengan lonjakan ekspor sebesar 35,41 persen pada semester I tahun ini. Lonjakan ekspor terutama ke pasar Amerika Serikat (AS).
"Hal ini patut kita syukuri bersama. Di tengah situasi pandemi Covid-19 industri mebel dan kerajinan nasional masih menunjukan pertumbuhan yang cukup baik. Bahkan memasuki enam bulan pertama tahun 2021 permintaan ekspor mengalami lonjakan, terutama dari Amerika Serikat," kata Ketua Presidium Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur, melalui keterangan tertulis, Selasa (3/8).
Ia mengatakan naiknya permintaan dari AS itu merupakan pengaruh positif dari kebijakan stimulus fiskal di negara tersebut, yang mendongkrak pendapatan rumah tangga dan mendukung pengeluaran yang berkelanjutan untuk semua barang. Selain itu, kata dia, kurangnya pasokan mebel dari China dampak trade war kedua negara, memaksa AS melakukan shifting order di luar China antara lain Vietnam, Meksiko, Kanada, Malaysia, Taiwan, dan Indonesia.
Sobur menjelaskan pada semester I-2021 ekspor mebel dan kerajinan mencapai 1,687 miliar dolar AS, naik 35,41 persen dibandingkan periode yang sama 2020 sebesar 1,246 miliar dolar AS, dengan kenaikan ekspor terbesar pada produk mebel sebesar 39,98 persen dan produk kerajinan naik 24,87 persen.AS, lanjut dia, masih menjadi negara tujuan ekspor mebel terbesar dengan berkontribusi 50,2 persen, diikuti Jepang (7,4 persen), Belanda (5,3 persen), Jerman (4,3 persen), Belgia (3,9 persen), Australia (3,6 persen), dan Inggris (3,3 persen).
Begitu juga dengan ekspor kerajinan, AS masih menjadi negara tujuan ekspor terbesar dengan menyumbang 44,4 persen dari total ekspor produk kerajinan, diikuti Malaysia (12,6 persen), Jepang (7,8 persen), dan Belanda (3,7 persen)."Namun di sisi lain impor juga terus merangkak naik sehingga pada saat tertentu bisa menggerus pangsa pasar industri lokal," kata Sobur.
Pada semester I-2021 (yoy) impor mebel juga naik 36,34 persen dan kerajinan naik 20,28 persen. "Secara total impor mebel dan kerajinan meningkat 29,14 persen," katanya.
Walaupun nilai impor masih terbilang kecil hanya 551,8 juta dolar AS pada semester I-2021, namun dikhawatirkan akan terus meningkat. Negara asal impor terbesar berasal dari China (76,9 persen). Sisanya berasal dari Thailand, Jepang, Malaysia, Vietnam, Italia, Jerman, Singapura, Taiwan dan Korea Selatan.
Kendati kinerja ekspor naik dan peluang ekspor meningkat di tengah pemulihan ekonomi global, sejumlah kendala menghantui industri mebel dan kerajinan Indonesia. Sobur menyebut saat ini industri mebel dan kerajinan belum optimal memenuhi peluang pasar ekspor karena sejumlah kendala antara lain kelangkaan kontainer yang diikuti dengan melambungnya biaya freight cost, hambatan proses pengurusan Sertifikat Laik Fungsi, stabilitas harga dan pasokan kayu, kelangkaan bahan baku rotan akibat maraknya penyelundupan, dan masalah importasi bahan penunjang/asesoris seperti mur, baut, rivet, washer, nut, pin, clip, stamping part, turned part, dan kain tekstil.
"Masalah lain yang juga menganggu aktivitas industri adalah izin keimigrasian bagi inspektor buyer luar negeri dan razia limbah B3," kata Sobur.