Spanyol Catat Empat Efek Samping Baru dari Vaksin Pfizer
Lebih dari 33 juta dosis vaksin Covid-19 Pfizer telah diberikan di Spanyol.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Data baru yang diterbitkan dalam laporan oleh Spanish Agency for Medicines and Health Products (AEMPS) telah mengidentifikasi empat dugaan efek samping baru dari vaksin Pfizer. Badan Pengawas Obat dan Produk Kesehatan Spanyol itu mencatatkan efek samping yang dicurigai ke dalam laporan farmakovigilans ketujuh tentang vaksin melawan Covid-19.
Farmakovigilans merupakan suatu keilmuan dan aktivitas deteksi, pengkajian, pencegahan, dan pemahaman terkait efek samping obat maupun permasalahan lain dalam penggunaan suatu obat. Laporan terbaru mengungkapkan bahwa pada 11 Juli 2021, 33.455.291 dosis Pfizer telah diberikan di Spanyol, dikutip dari laman Express UK, Jumat (6/8).
Dari sampel ini, total 17.387 pemberitahuan tentang efek samping telah terdaftar di database Federation of Regional Growth Actors in Europe (FEDRA), studi yang mendokumentasikan efek samping. Mayoritas terkait dengan perempuan (79 persen) dan orang-orang antara 18 dan 65 tahun (83 persen).
Dari seluruh notifikasi yang terdaftar, 3.361 tergolong serius. AEMPS menyatakan bahwa pihaknya sedang mempelajari apakah kejadian berikut mungkin merupakan reaksi merugikan dari vaksin ini:
- Asthenia (kekurangan energi atau kekuatan)
- Kelesuan (keadaan acuh tak acuh atau tidak aktif)
- Nafsu makan berkurang
- Hiperhidrosis malam hari (keringat berlebihan).
Jika dikonfirmasi, efek samping tersebut akan dimasukkan dalam lembar data teknis vaksin dan sisipan paket. Sementara itu, temuan mulai dari 24 Juni hingga 12 Juli dari Imperial College London dan Ipsos MORI menunjukkan bahwa orang yang divaksinasi penuh tiga kali lebih kecil kemungkinannya untuk dinyatakan positif Covid 19 daripada orang yang tidak divaksinasi.
Temuan ini berasal dari laporan terbaru REACT-1, salah satu studi terbesar di negara itu tentang infeksi Covid-19 di Inggris. Lebih dari 98 ribu sukarelawan mengambil bagian dalam penelitian di Inggris antara 24 Juni dan 12 Juli untuk memeriksa tingkat Covid-19 pada populasi umum.
Data terakhir menunjukkan infeksi di Inggris meningkat empat kali lipat dari 0,15 persen menjadi 0,63 persen sejak laporan terakhir REACT-1 yang mencakup periode 20 Mei hingga 7 Juni. Terlepas dari peningkatan ini, temuan menunjukkan penyebaran virus melambat pada 12 Juli dan tingkat infeksi untuk orang yang divaksinasi ganda tiga kali lebih rendah daripada yang tidak divaksinasi.
Analisis oleh Imperial College menunjukkan orang yang lengkap divaksinasi juga lebih kecil kemungkinannya untuk menularkan virus ke orang lain. Program vaksinasi telah berhasil melemahkan hubungan antara infeksi, rawat inap, dan kematian, tetapi data menunjukkan perlunya tetap waspada dan mengikuti panduan pemerintah, untuk memastikan bahwa risiko terus berkurang.
Penanggung jawab distribusi vaksin Inggris, Nadhim Zahawi mengatakan bahwa hasil saat ini menunjukkan dampak positif dari program vaksinasi, dengan mereka yang disuntik ganda tiga kali lebih kecil kemungkinannya daripada orang yang tidak divaksinasi untuk terkena virus. Mereka juga lebih kecil kemungkinannya untuk menularkan Covid-19 kepada orang-orang di sekitar mereka.
"Kita harus melanjutkan kemajuan fenomenal ini, pesan saya kepada siapa pun yang belum divaksinasi adalah silakan datang untuk melindungi diri sendiri, keluarga, dan komunitas Anda," kata Zahawi.