Inggris: Penerima Vaksin Masih Bisa Tularkan Varian Delta
Vaksin dikhawatirkan tak mencegah penularan varian delta dalam kasus terobosan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin Covid-19, terlebih dengan dosis lengkap, sejauh ini diketahui dapat mencegah orang sakit parah ketika terinfeksi virus corona tipe baru, SARS-CoV-2. Meski begitu, mereka yang telah divaksinasi kemungkinan masih bisa menularkan virus, termasuk varian delta yang kini menyebar ke setidaknya 104 negara.
Ilmuwan yang bekerja untuk Public Health England (PHE) mengungkapkan, penelitian mereka menunjukkan tanda-tanda awal bahwa vaksin Covid-19 mungkin tidak mencegah penularan varian delta dalam kasus terobosan. Temuan awal itu juga memperlihatkan orang-orang yang telah divaksinasi tetap dapat menularkan virus semudah mereka yang belum disuntik vaksin Covid-19 karena jumlah virus pada kedua kelompok hampir sama.
Pengumuman tersebut memperkuat peringatan yang telah dikeluarkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat pada pekan lalu. Menurut CDC, meski kasusnya termasuk langka, varian delta mampu menerobos proteksi yang diberikan oleh vaksin Covid-19.
"Temuan ini mungkin berimplikasi pada daya tular seseorang, terlepas apakah mereka telah divaksinasi atau belum," ujar Public Health England dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Sabtu (7/8).
Meski demikian, Public Health England menyebut, studi lebih lanjut yang ditargetkan diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini. Sebelumnya, CDC mengatakan bahwa SARS-CoV-2 dapat menular seperti cacar air.
Dalam beberapa kasus, wabah ini juga diperingatkan dapat menghindari perlindungan yang diberikan oleh vaksin. Namun, CDC menegaskan bahwa vaksin tetap efektif untuk mencegah Covid-19 dengan gejala serius, parah, hingga kematian.
Di India, data tentang efek samping setelah vaksinasi menunjukkan bahwa hanya 180 dari enam kelompok orang yang sudah menerima vaksin meninggal setelah diinokulasi.