Inggris Didesak Sumbangkan Vaksin Daripada untuk Booster
Inggris memperkirakan program vaksin booster akan dimulai pada awal September
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemimpin vaksin Oxford, Andrew Pollard mengatakan bahwa suntikan booster atau dosis ketiga vaksin Covid-19 saat ini tidak diperlukan. Menurutnya, lebih baik vaksin disumbangkan ke negara lain yang membutuhkan.
Pollard mengatakan, bahwa pasokan vaksin akan lebih baik digunakan untuk melindungi orang-orang yang rentan di negara lain yang masih kekurangan vaksin. "Dosis yang tersedia yang dapat digunakan untuk boosting atau program vaksin pada anak jauh lebih baik digunakan untuk orang yang akan meninggal selama enam bulan ke depan, daripada skenario yang sangat tidak mungkin dari keruntuhan mendadak dalam program vaksin di negara-negara yang sangat butuh divaksinasi," tuturnya.
Sebagai kepala Oxford Vaccine Group, Pollard mengatakan, keputusan untuk meningkatkan dosis vaksin harus didasarkan pada studi ilmiah. Hingga kini menurutnya belum ada bukti peningkatan penyakit parah atau kematian pada orang yang divaksinasi lengkap atau dua dosis.
"Tidak ada alasan saat ini untuk panik. Kami tidak melihat masalah dengan terobosan penyakit parah," katanya pada pengarahan secara virtual dengan anggota parlemen.
"Jika ada penurunan dalam perlindungan, itu adalah sesuatu yang akan terjadi secara bertahap, dan itu akan terjadi pada titik di mana kita dapat mengambilnya dan dapat merespons," ujarnya menambahkan.
Inggris tengah merencanakan program booster vaksin Covid-19. Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid memperkirakan program booster akan dimulai pada awal September, sambil menunggu saran akhir dari para pejabat.
AstraZeneca, produsen vaksin yang ditemukan di Universitas Oxford, mengatakan perlu lebih banyak waktu untuk menilai apakah booster diperlukan untuk mempertahankan perlindungan lebih dari virus. Namun berbeda dengan Pfizer, yang mengatakan, pihaknya mengharapkan vaksin dosis ketiga atau booster akan diperlukan untuk menjaga perlindungan tetap tinggi.
Inggris telah memberikan dua dosis vaksin untuk tiga perempat orang dewasa di seluruh negaranya. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendesak negara-negara yang merencanakan program booster untuk menunda sampai lebih banyak orang divaksinasi di seluruh dunia.