China: AS Setop Manipulasi Politik Investigasi Virus Corona
China, AS, dan WHO terjerat dalam perseteruan asal mula virus corona
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - China mendesak Amerika Serikat (AS) untuk menghentikan manipulasi politik pada masalah penelusuran asal virus corona. Beijing membalikkan desakan untuk menyelidiki asal virus dari laboratorium di pangkalan militer AS Fort Detrick di Maryland pada 2019 lalu.
"Jika AS bersikeras pada teori kebocoran lab, hal ini harus mengundang Organisasi Kesehatan Dunia untuk menyelidiki laboratorium Fort Detrick dan University of North Carolina di tempat pertama," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin dikutip laman People's Daily, Kamis (26/8).
Direktur Jenderal di Kemenlu China, Fu Cong, mengatakan mengkambinghitamkan China tidak bakal menutupi kesalahan AS. "Jika mereka ingin menuduh China tanpa dasar, mereka lebih baik siap menerima serangan balik dari China," katanya.
Fu, yang mengepalai Departemen Pengendalian Senjata Kementerian Luar Negeri China, juga membantah China terlibat dalam kampanye disinformasi. Senada dengan Wang Wenbin, ia mengatakan jika pihak lain bersikeras mengejar teori kebocoran laboratorium, maka tim peneliti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) harus mengunjungi Fort Detrick. Dia menggambarkannya sebagai masalah keadilan karena WHO telah dua kali ke institut Wuhan.
"Jika Dr. Tedros percaya kita tidak boleh mengesampingkan hipotesis kebocoran laboratorium, dia tahu ke mana harus pergi," kata Fu. "Dia harus pergi ke laboratorium AS," ujarnya menambahkan.
China, AS, dan WHO terjerat dalam perseteruan yang berpusat pada apakah virus penyebab Covid-19 bisa bocor dari laboratorium di kota Wuhan, tempat penyakit itu pertama kali terdeteksi pada akhir 2019. Sebuah laporan bersama WHO-China yang diterbitkan pada akhir Maret menyimpulkan kebocoran laboratorium sangat tidak mungkin terjadi.
China ingin penyelidikan beralih ke kemungkinan lain. Skenario yang paling mungkin, kata laporan itu, adalah virus melompat dari kelelawar ke hewan lain yang kemudian menginfeksi manusia. Namun temuan itu tidak konklusif.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menuturkan semua hipotesis ada di atas meja dan memerlukan studi yang lengkap dan lebih lanjut. Dia menambahkan pada Juli lalu bahwa belum pasti untuk mengesampingkan teori kebocoran laboratorium.
Pada Mei, Presiden AS Joe Biden memerintahkan peninjauan 90 hari oleh badan-badan intelijen dari kedua teori tersebut. Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan Biden menerima laporan dan pengarahan rahasia tentang hal itu pada Selasa dan bahwa ringkasan yang tidak dirahasiakan masih disiapkan secepatnya untuk rilis publik.