Badai Sitokin: Gejala, Cara Mengobati, dan Mencegahnya
Badai sitokin adalah reaksi sistem imun yang berlebihan terhadap virus
Badai sitokin bukan sembarang badai. Badai yang satu ini sangat mematikan, mengancam jiwa para penderita Covid-19.
Membayangkan Covid-19 saja sudah ngeri, apalagi badai sitokin. Mungkin kamu masih ingat meninggalnya Raditya Oloan, suami dari artis Joanna Alexandra.
Penyebabnya adalah karena badai sitokin. Ia mengalami badai sitokin justru setelah terpapar corona dengan penyakit bawaan. Kondisinya kritis, dan nyawanya tak tertolong.
Dan baru-baru ini, Deddy Corbuzier juga terkena badai sitokin. Bahkan hampir meninggal. Seleb dan mentalist itu mengalami badai sitokin pasca sembuh dari Covid-19.
Badai sitokin sebenarnya apa sih? Apakah semua orang bisa terserang badai sitokin? Untuk menjawabnya, simak penjelasan berikut ini seperti dirangkum dari berbagai sumber.
Baca Juga: Ciri-ciri Pasien Dinyatakan Sembuh dari Covid-19
-
Pengertian Badai Sitokin
Badai sitokin adalah suatu reaksi sistem imun yang berlebihan dan tidak terkontrol terhadap virus. Reaksi sistem imun yang di luar kendali ini justru dapat membahayakan tubuh, menimbulkan peradangan yang menyebabkan kerusakan organ tubuh inang, seperti paru-paru, hati, dan lainnya.
Mengutip instagram Dokter RA Adaninggar (@drningzs), sebagian orang yang sakit Covid akan mengalami suatu reaksi imun berlebihan. Di sinilah proses peradangan mulai mendominasi dibanding virusnya.
Walaupun tes PCR sudah negatif, namun peradangan berlangsung terus menerus. Oleh karenanya, penderita Covid sering dianggap sudah sembuh, padahal sebetulnya belum.
Peradangan berkepanjangan tersebut bisa merusak banyak organ tubuh, hingga kematian mendadak akibat pembekuan darah meski swab PCR sudah negatif. Inilah yang terjadi pada penyintas Covid-19 akibat adanya peradangan yang masih terjadi.
-
Badai Sitokin Tak Pandang Bulu
Badai sitokin dapat menyerang siapapun, tak pandang bulu. Umumnya yang terkena adalah orang dengan penyakit penyerta, khususnya yang infeksi berat, dan usia lanjut.
Sementara bagi pasien dan penyintas Covid-19, badai sitokin akan menyerang jika peradangan tak segera diatasi. Jika seseorang mengalami badai sitokin, sangat berisiko kritis atau meninggal sebab organ tubuh selain paru-paru ikut rusak, seperti ginjal, jantung, serta lainnya.
-
Gejala atau Ciri-ciri Orang Terkena Badai Sitokin
Badai sitokin umumnya ditandai dengan ciri-ciri atau gejala, sebagai berikut:
· Demam tinggi · Sakit kepala · Batuk · Sesak napas · Kelelahan ekstrem · Kehilangan nafsu makan · Nyeri otot dan sendi · Mual · Muntah · Diare · Ruam · Detak jantung lebih cepat · Tekanan darah rendah · Kejang · Sakit kepala · Kebingungan · Halusinasi · Penurunan kesadaran.
|
Gejala di atas bisa semakin parah dan terjadi masa kritis setelah 5 hari muncul gejala pertama. Jadi waspada bila muncul demam tinggi setelah hari ke-5, batuk atau sesak tambah memburuk, serta saturasi oksigen mengalami penurunan bertahap.
Baca Juga: Penciuman Hilang akibat Covid-19? Ini Cara Menyembuhkan Anosmia Tanpa Obat
-
Cara Mengatasi Badai Sitokin
Badai sitokin lebih cepat terdeteksi bila penderita langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.
Namun terlebih dahulu perlu pemeriksaan laboratoriun yang menunjukkan:
- Peningkatan senyawa penanda peradangan, seperti CRP (protein yang diproduksi oleh organ hati akibat respons terhadap peradangan di tubuh)
- Peningkatan penanda kerusakan ginjal dan hati
- Abnormalitas penanda pembekuan darah
- Peningkatan kadar ferritin.
Cara mengatasi badai sitokin:
- Terapi suportif seperti alat bantu nafas
- Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit melalui infus
- Melakukan tindakan cuci darah (hemodialisis) sesuai indikasi
- Memberikan obat atau tablet steroid, seperti yang dr. Gunawan berikan kepada Deddy Corbuzier saat terkena badai sitokin. Obat steroid ini bukan obat yang bikin badan besar, tetapi obat yang bermanfaat untuk infeksi Covid-19 akut, seperti badai sitokin. Diberikan melalui infus dengan dosis yang tepat dari dokter.
Badai sitokin dapat memperparah kondisi penderita Covid-19 akibat reaksi imun berlebihan
-
Cara Mencegah Badai Sitokin
Badai sitokin bukan tak bisa dicegah. Kamu dapat terhindar dari virus Covid-19 dan badai sitokin jahat dengan selalu menjaga kesehatan.
Berikut cara menangkal badai sitokin:
1. Menerapkan protokol kesehatan
Cara terbaik menghindari badai sitokin adalah menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Gerakan 5M protokol kesehatan, yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, membatasi mobilitas dan interaksi.
Disiplin menaati protokol kesehatan akan meminimalisir penularan virus Covid-19. Kalau tidak kena Covid-19, dan tanpa penyakit bawaan, setidaknya kamu terhindar dari badai sitolin yang mengancam jiwa.
2. Vaksinasi Covid-19
Vaksinasi Covid dapat mengurangi risiko gejala berat dan meninggal akibat Covid-19. Lagipula vaksinasi sekarang jadi syarat bepergian ke tempat-tempat umum, termasuk mal atau pusat perbelanjaan. Jadi, tunggu apalagi, segera daftar vaksin online maupun offline.
3. Jalankan pola hidup sehat
Menjalankan pola hidup sehat, seperti rajin olahraga, mengonsumsi makanan bergizi dan seimbang, tidak merokok dan menenggak minuman beralkohol, serta gaya hidup sehat lainnya akan dapat meningkatkan sel imun dalam tubuh.
Dengan begitu, tubuh tetap sehat dan bugar, daya tahan terjaga, mampu melawan virus atau kuman dan bakteri yang masuk.
Punya Asuransi Kesehatan Penting di Masa Pandemi
Badai sitolin adalah salah satu risiko penyakit di masa pandemi, selain Covid-19. Kamu tetap harus waspada, tidak boleh lengah dan menyepelekan kesehatan.
Dalam situasi seperti ini, kamu wajib memiliki asuransi Covid-19 ataupun asuransi kesehatan dengan perluasan manfaat Covid-19. Agar mendapat perlindungan dari perusahaan asuransi yang menanggung biaya rumah sakit jika amit-amit kamu kena corona, hingga badai sitolin.
Mengajukan asuransi kesehatan semakin mudah secara online, salah satunya di marketplace produk keuangan, Cermati.com. Punya asuransi kesehatan bikin hati tenang, keuangan tetap aman.
Baca Juga: Cara Cek BPJS Kesehatan Aktif atau Tidak secara Online dan Offline