Gagal ke Final Paramenembak, Bolo Harus Tingkatkan Fokus
Menembak butuh konsentrasi tinggi dan kesiapan mental menjadi faktor utama.
REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Satu-satunya wakil Indonesia yang tersisa di cabang paramenembak Paralimpiade Tokyo, Bolo Triyanto, yang turun dinomor R5-Mixed 10m Air Rifle Prone SH2, belum bisa meneruskan perjuangannya untuk berlaga di putaran final. Langkah penembak kelahiran Sragen 12 Oktober 1983 itu harus terhenti di babak kualifikasi setelah hasil akhir menempatkannya di peringkat 24, Rabu (1/9).
Berlomba di Asaka Shooting Range, Jepang, Bolo berhasil mengumpulkan total skor 631 dari enam seri yang dilombakan. Namun hasil itu belum cukup untuk membawanya ke putaran final.
Pelatih menembak Indonesia, Aris Hariyadi mengatakan, total skor yang didapat Bolo hari ini memang sedikit menurun dari hasil yang didapat saat latihan menjelang keberangkatan. Namun ia mengakui bahwa dalam pertandingan menembak yang butuh konsentrasi tinggi, kesiapan mental menjadi faktor utama.
"Pertandingan terakhir Bolo hari ini di R5 mendapatkan score 631 di urutan 24. Menjelang keberangkatan padahal skor Bolo rata-rata sudah mencapai 635-636. Ya itulah menembak, pada saat pertandingan atlet yang siap dan bisa fokus dalam menembak itu yang akan leading score," ujar Aris dalam keterangan tertulis.
Dari hasil hari ini, lanjut Aris, atlet menembak Indonesia harus lebih memperbanyak lagi latihan-latihan, scoring, dan try out. "Ini untuk lebih mengasah kemampuan dan penguasaan diri pada saat pertandingan," jelas Aris.
Pada nomor R5-Mixed 10m Air Rifle Prone SH2, itu medali emas jadi milik penembak asal Serbia Dragan Ristic. Medali perak diraih Vasyl Kovalchuk dari Ukraina dan perunggu diraih atlet Slovenia Francek Gozard Tirsek.
Meski belum mampu menyumbangkan medali bagi Indonesia, diharapkan Bolo bisa mengambil pengalaman di ajang Paralimpiade ini bagi kariernya ke depan.