Krisis Afghanistan, Militer Uni Eropa Diminta Lebih Mandiri
Uni Eropa sangat bergantung dari AS terkait dengan operasional bandara.
REPUBLIKA.CO.ID, LJUBLJANA -- Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel mengatakan Uni Eropa harus bertindak untuk memperbaiki persiapan evakuasi militer warganya ke depan menyusul situasi yang terjadi di Afghanistan. Negara-negara Barat berusaha mati-mati untuk mengeluarkan warga negara mereka dari Kabul usai Ibukota Afghanistan itu jatuh ke tangan Taliban. Mereka mengandalkan militer Amerika Serikat (AS) agar bandara tetap beroperasi.
"Dalam Pandangan saya, kami tidak memerlukan peristiwa geopolitik lagi untuk memahami Uni Eropa harus berusaha memiliki otonomi yang lebih besar dalam mengambil keputusan dan kapasitas untuk bertindak di dunia," katanya dalam Bled Strategic Forum di Slovenia, Kamis (1/9).
Saat ini Taliban sedang membersihkan dan memperbaiki bandara internasional Kabul setelah pasukan AS secara resmi meninggalkan Afghanistan pada Senin (30/8) malam. Bandara dipenuhi dengan sisa-sisa barang milik warga Afghanistan.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan tim teknis sedang memperbaiki dan membersihkan bandara. Dia menyarankan orang-orang untuk menghindari daerah itu sementara waktu.
Di dalam terminal bandara terdapat tumpukan pakaian, koper, dan dokumen yang berserakan. Beberapa helikopter CH-46 yang digunakan oleh pasukan Amerika di parkir di hanggar. Militer AS mengatakan mereka telah menonaktifkan 27 Humvee dan 73 pesawat sebelum meninggalkan Afghanistan.
Taliban menjelaskan mereka akan mengizinkan orang-orang yang memiliki dokumen resmi untuk bepergian dengan bebas. Namun masih belum diketahui apakah ada maskapai komersial yang bersedia menawarkan layanan penerbangan. Taliban akan mengadakan pembicaraan dengan Qatar dan Turki untuk melanjutkan operasi bandara.