PM Inggris Bangga dan Puji Warisan Negaranya di Afghanistan
Johnson memuji pasukan Inggris karena membawa stabilitas dan perdamaian
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Senin (6/9) mengatakan negaranya harus "bangga dengan warisannya" di Afghanistan, meski Taliban mengambil alih total negara itu.
Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan ke gedung parlemen, Johnson memuji pasukan Inggris karena membawa stabilitas dan perdamaian ke negara Asia tengah itu serta melakukan evakuasi militer terbesar Inggris pasca-Perang Dunia II, tetapi mereka hanya merelokasi 15.000 warga Afghanistan.
“Jika ada yang masih tergoda untuk mengatakan bahwa kami tidak mencapai apa pun di negara itu dalam 20 tahun, beri tahu mereka bahwa angkatan bersenjata kami dan sekutu kami memungkinkan 3,6 juta anak perempuan bersekolah; beri tahu mereka bahwa negara ini dan dunia Barat dilindungi dari al-Qaeda di Afghanistan selama periode itu, dan beri tahu mereka bahwa kami baru saja melakukan pengangkutan udara kemanusiaan terbesar dalam sejarah baru-baru ini,” kata Johnson.
“Kami bisa bangga dengan pasukan kami untuk semua yang telah mereka capai dan warisan yang mereka tinggalkan. Dan apa yang mereka lakukan adalah dalam tradisi terbaik negara ini,” tutur dia.
Komentar Johnson sangat kontras dengan perkembangan yang sedang berlangsung saat ini di Afghanistan. Taliban meraih kekuasaan bulan lalu menyusul serangan cepat yang membuat provinsi-provinsi jatuh tanpa perlawanan dan penyerahan total pemerintah Afghanistan dan militernya.
Menurut berbagai laporan, Panjshir – provinsi terakhir yang tidak berada di bawah kendali kelompok tersebut – jatuh ke tangan Taliban Pada Senin.
Kritikan oposisi Inggris
Pernyataan Johnson dikecam oleh partai oposisi Partai Buruh, yang mengatakan pemerintah tidak berdaya ketika Taliban menguasai negara itu dan Inggris dengan panik berusaha mengevakuasi personel, warga, dan sekutunya.
“Kami memiliki perdana menteri yang tidak mampu memimpin global, tepat pada saat kami sangat membutuhkannya,” kata Sir Keir Starmer, pemimpin partai Buruh.
Ian Blackford, pemimpin Westminster untuk Partai Nasional Skotlandia, bertanya kepada perdana menteri mengapa dia membela Menteri Luar Negeri Dominic Raab ketika dia pergi berlibur di saat Taliban mengambil alih bulan lalu dan mengapa dia tidak dipecat karena kegagalannya mengatasi krisis.
Blackford juga menyinggung banyak email mendesak yang tidak dijawab oleh pemerintah mengenai pengabaian warga negara Inggris dan Afghanistan di Kabul.
“Hampir tidak ada seorang anggota parlemen di DPR ini yang belum menyerahkan informasi penting dan sensitif ke Kantor Luar Negeri tentang warga negara Inggris dan Afghanistan yang putus asa untuk menemukan jalan yang aman dari Taliban,” kata Blackford.
Di bawah Kebijakan Relokasi dan Bantuan Afghanistan, total 20.000 warga Afghanistan akan dipindahkan ke Inggris selama periode lima tahun. Jumlah itu tidak berarti jika dibandingkan dengan sekutu Inggris, yang telah menerima lebih dari 100.000 orang. Pemerintah telah dituduh meninggalkan orang-orang Afghanistan yang mendukung pasukan Inggris dalam perang selama dua dekade.