Presiden Brasil Ancam Kudeta, Hanya Mundur Saat Meninggal

Bolsonaro mengambil bagian dalam protes yang mendukung pemerintahannya

Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengambil bagian dalam demonstrasi pada Selasa (7/9) untuk mendukung pemerintahannya di ibu kota federal, Brasilia, dan di Sao Paulo, kota terbesar di Brasil.
Red: Nur Aini

 

Baca Juga


REPUBLIKA.CO.ID, SAO PAULO -- Dirundung oleh penyelidikan atas berita palsu dan melemah secara politik, Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengambil bagian dalam demonstrasi pada Selasa (7/9) untuk mendukung pemerintahannya di ibu kota federal, Brasilia, dan di Sao Paulo, kota terbesar di Brasil.

Dalam dua pidato pada Hari Kemerdekaan negara itu, Bolsonaro mengancam institusi dan kudeta, mengatakan dia hanya akan meninggalkan kekuasaan ketika dia meninggal. Di Brasília, Bolsonaro membuat ancaman langsung kepada Ketua Mahkamah Agung Luiz Fux.

“Entah kepala kekuasaan itu [kehakiman] membingkai [keadilannya], atau dia dapat menderita apa yang tidak kita inginkan,” ujar dia, tanpa penjelasan lebih lanjut.

Bolsonaro merujuk pada putusan Hakim Agung lainnya, Alexandre de Moraes, terhadap pendukung pemerintah, yang ditahan atau sedang diselidiki. Fux diperkirakan akan menanggapi pernyataan Bolsonaro pada Rabu waktu setempat.

Kemudian di Sao Paulo, Bolsonaro mengatakan dia tidak akan lagi menghormati keputusan pengadilan De Moraes, yang dianggap tidak konstitusional oleh para ahli hukum.

“Kita harus -- ya, karena saya berbicara atas nama Anda -- menentukan bahwa semua 'tahanan politik' dibebaskan. Presiden ini tidak akan lagi mematuhi [keputusan Alexander de Moraes]. Kesabaran rakyat kami sudah habis,” ungkap dia di hadapan ribuan orang di Paulista Avenue, Sao Paulo.

Menurut polisi setempat, sekitar 125.000 orang ambil bagian dalam demonstrasi Sao Paulo, sementara para pendukung memperkirakan 2 juta peserta. Banyak pengunjuk rasa membawa poster yang menyerang Mahkamah Agung dan De Moraes. Di Brasilia, sekitar 200.000 orang berpartisipasi dalam protes. Demonstrasi yang lebih kecil juga diadakan di kota-kota seperti Rio de Janeiro.

Bolsonaro mengatakan satu-satunya pilihan baginya adalah ditangkap, dibunuh atau menang dalam pemilihan umum, yang menurut jajak pendapat baru-baru ini, tampaknya tidak mungkin terjadi. Bolsonaro mengatakan bahwa dia tidak akan pernah ditangkap.

“[Saya ingin] mengatakan kepada mereka yang ingin membuat saya tidak memenuhi syarat di Brasilia: hanya Tuhan yang bisa mengeluarkan saya dari sana," kata dia.

Pernyataan Bolsonaro, yang mengatakan dia akan mengadakan dewan khusus yang hanya digunakan dalam situasi ekstrem seperti pengepungan, memicu reaksi keras di bidang politik. Setelah demonstrasi dan ancaman kudeta, jumlah politisi yang sekarang menerima gagasan pemakzulan presiden terus bertambah. Para ahli hukum mengatakan ancaman Bolsonaro membenarkan pemakzulan.

Krisis institusional yang disponsori Bolsonaro saat ini dimulai ketika dia mengatakan pemilihan 2022 hanya akan diadakan dengan implementasi suara tercetak, sebuah usulah yang ditolak di Kongres. Bolsonaro kembali menegaskan masalah itu pada Rabu.

“Tidak ada orang yang akan memberi tahu kami proses [pemungutan suara] ini aman dan dapat diandalkan karena memang tidak,” ujar dia.

"Saya tidak bisa berpartisipasi dalam lelucon seperti ini, yang disponsori oleh ketua Pengadilan Tinggi Pemilihan," kata Bolsonaro.

Kotak suara elektronik yang diterapkan pada 1996 itu telah terbukti aman.

Yang mengejutkan bagi sebagian orang, Bolsonaro gagal membahas dalam pidatonya masalah yang lebih mendesak di Brasil seperti inflasi yang merajalela, krisis ekonomi, harga bahan bakar yang tinggi, pandemi Covid-19 dan meningkatnya jumlah pengangguran dan orang yang kelaparan.

Dengan sekitar 21 juta kasus Covid-19, Brasil telah melampaui 584.000 kematian, sementara vaksinasi masih dianggap lambat. Lebih dari 31 persen populasi sudah diimunisasi penuh sementara varian Delta telah menyebar ke banyak daerah dan menimbulkan kekhawatiran.

 

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/presiden-brasil-ancam-kudeta-bertekad-tinggalkan-kekuasaan-jika-mati/2358648
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler