Taliban Minta AS Hapus Sirajuddin Haqqani dari Daftar Hitam

Sirajuddin Haqqani ditunjuk sebagai menteri dalam negeri dalam pemerintahan Taliban

AP/Muhammad Farooq
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid berbicara selama konferensi pers di Kabul, Afghanistan Selasa, 7 September 2021. Taliban pada hari Selasa mengumumkan kabinet sementara yang diisi dengan veteran dari pemerintahan keras mereka di akhir 1990-an dan pertempuran 20 tahun berikutnya melawan AS- memimpin koalisi dan sekutu pemerintah Afghanistan.
Rep: Kamran Dikarma Red: Nur Aini

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid, pada Kamis (9/9), menuntut Amerika Serikat (AS) menghapus nama Sirajuddin Haqqani dari daftar hitamnya. Haqqani diketahui telah ditunjuk sebagai menteri dalam negeri dalam pemerintahan Taliban di Afghanistan.

Baca Juga


Dilaporkan laman Al Arabiya, nama Haqqani masuk dalam daftar hitam AS karena beberapa alasan. Menurut Pentagon, Haqqani ditunjuk sebagai wakil pemimpin Taliban pada 2015 dan mengarahkan operasi militer di Afghanistan.

Menurut Departemen Luar Negeri AS, Haqqani mengaku merencanakan serangan ke Hotel Serena di Kabul pada Januari 2008. Insiden itu menewaskan seorang warga AS dan lima orang lainnya. Washington kemudian menetapkan Haqqani sebagai Specially Designated Global Terrorist under Executive Order 13224 pada Maret 2008.

Departemen Luar Negeri AS menjanjikan imbalan 10 juta dolar bagi siapa pun yang memiliki informasi tentang Haqqani. Haqqani adalah putra dari Jalaluddin Haqqani. Pada akhir 1970-an, Jalaluddin mendirikan jaringan Haqqani.

Jaringan tersebut bertanggung jawab atas banyak serangan tingkat tinggi di Afghanistan, termasuk serangan 19 jam di Kedutaan Besar AS di Kabul. Jaringan Haqqani pun menyerang markas International Security Assistance Force (ISAF) pada September 2001.

Departemen Luar Negeri AS menetapkan jaringan Haqqani sebagai Foreign Terrorist Organization pada 7 September 2012. 

Baca juga : Wartawan Afghanistan Dipukuli dan Ditahan Taliban

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler