Peneliti Selandia Baru Melatih Sapi Pipis di Tempat Khusus
Urine sapi yang bercampur dengan feses menghasilkan gas rumah kaca.
REPUBLIKA.CO.ID, AUCKLAND -- Para ilmuwan melatih sapi agar bisa melakukan buang air kecil di tempat khusus. Hasil dari pelatihan itu menunjukan 11 dari 16 sapi belajar pipis menggunakan "MooLoo".
Sama seperti beberapa orang tua yang melatih balitanya lepas popok, para peneliti juga memiliki cara untuk membujuk sapi-sapi itu pipis di tempat yang ditentukan. Peneliti menggunakan suguhan manis untuk membujuk sapi-sapi itu agar masuk gerbang dan buang air kecil di kandang khusus.
Penelitian yang dirilis jurnal Current Biology, menunjukan butuh 15 hari untuk melatih anak sapi muda dan beberapa anak membutuhkan waktu lebih lama.
"Sapi-sapi itu setidaknya sama baiknya dengan anak-anak, usia dua hingga empat tahun, setidaknya secepat itu," kata penulis senior studi ilmuwan perilaku hewan di University of Auckland Selandia Baru Lindsay Matthews.
Di laboratorium Dummerstorf, Jerman, para peneliti meniru pelatihan balita. Mereka menempatkan sapi di kandang khusus, menunggu sampai mereka buang air kecil dan kemudian memberi mereka hadiah, yaitu cairan manis yang sebagian besar tetes tebu.
Matthews menyatakan, sapi memang memiliki kegemaran pada makanan manis. Jika sapi buang air kecil di luar MooLoo setelah pelatihan awal, mereka mendapat semprotan air dingin.
Kemudian dalam dua set percobaan, para peneliti membiarkan sapi Holstein berkeliaran di fasilitas dalam ruangan. Ketika mereka harus buang air kecil, 11 ekor di antaranya mendorong ke dalam kandang, buang air, dan mendapatkan hadiah manis.
Penelitian ini dimulai dengan pertanyaan setengah bercanda di acara bincang-bincang radio Selandia Baru tentang masalah yang sangat nyata dari limbah ternak.
Tapi, gurauan tersebut, menurut Matthews, sesungguhnya adalah masalah yang serius karena urin sapi merupakan limbah besar bagi masalah lingkungan. Urin mengandung nitrogen dan ketika bercampur dengan feses menjadi amonia.
Matthews menyatakan gabungan itu merupakan masalah lingkungan dengan hujan asam dan masalah lainnya. Kondisi tersebut dapat mencemari air dengan nitrat dan menciptakan polutan nitro oksida di udara.
Terlebih lagi sapi sering buang air kecil. Matthews menjelaskan, seekor sapi saja dapat menghasilkan sekitar 30 liter urin sehari. Pada 2019, menurut Badan Perlindungan Lingkungan, nitrous oxide atau N2O terdiri dari tujuh persen dari seluruh gas rumah kaca di Amerika Serikat.
"Saya tidak terkejut mereka dapat melatih anak sapi untuk buang air kecil di lokasi yang ditentukan, tetapi saya terkejut tidak ada yang menunjukkan ini sebelumnya," kata ilmuwan kognisi hewan Duke University Brian Hare, yang bukan bagian dari penelitian.
"Pertanyaan kritisnya adalah dapatkah dan akankah skalanya dilakukan?" ujar Hare menekankan.
Profesor kesejahteraan hewan di University of Cambridge di Inggris, Donald Broom menyatakan, jika itu bisa dilakukan, pelatihan toilet hewan memudahkan pengelolaan produk limbah dan mengurangi emisi gas rumah kaca.