Tentara AS di Australia akan Bertambah Banyak

Aliansi Indo-Pasifik yang terdiri dari Australia, Inggris, dan AS terbentuk.

Reuters
Tentara Australia dan tentara Amerika Serikat berkumpul di Pangkalan Militer Darwin, Australia
Rep: Fergi Nadira Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Australia mengumumkan rencana penambahan lebih banyak pasukan Amerika Serikat (AS) yang akan datang ke negaranya untuk mengembangkan proyek pertahanan. Langkah ini diprediksi bakal memperdalam ketegangan dengan China.

Sehari sebelumnya, aliansi Indo-Pasifik baru yang terdiri dari Australia, United Kingdom (Inggris), dan United States (AS) atau AUKUS menyepakati pakta yang mendukung Australia memiliki kapal selam berkekuatan nuklir. Meski, ketiganya meyakinkan bahwa kapal selam yang bakal dikembangkan tidak mengembangkan program senjata nuklir.

Delapan kapal selam akan dibangun di Adelaide, Australia Selatan. AS dan Inggris akan memandu proyek tersebut di ranah teknologi. Menteri Pertahanan Australia Peter Dutton mengatakan, Australia akan secara signifikan meningkatkan kerja sama termasuk bekerja sama dalam pengembangan rudal dan persenjataan peledak.

Dia mengatakan Australia bersedia menerima lebih banyak Marinir AS dalam penambahan militer bergulir 10 tahunan melalui kota utara Darwin. "Saya memiliki aspirasi untuk memastikan bahwa kami dapat meningkatkan jumlah pasukan melalui rotasi," kata Dutton seperti dikutip laman Aljazirah, Jumat (17/9).

"Kemampuan udara akan ditingkatkan, kemampuan maritim kami ditingkatkan dan tentu saja postur kekuatan ditingkatkan," ujarnya menambahkan.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison sebelumnya telah mengatakan bahwa Australia akan memperoleh rudal jelajah jarak jauh Tomahawk. Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, tanpa memberikan angka, menegaskan bahwa AS akan memperluas akses dan kehadirannya di Australia.

Austin mengatakan kedua sekutu membahas kekhawatiran tentang China dalam pertemuan 2+2 empat arah yang melibatkan Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Marise Payne. "Sementara kami mencari hubungan yang konstruktif dan berorientasi pada hasil dengan RRC, kami akan tetap melihat dengan jelas dalam pandangan kami tentang upaya Beijing untuk merusak tatanan internasional yang mapan," kata Austin.

China Geram

Sementara itu China geram tentang kesepakatan kapal selam nuklir yang digaungkan AUKUS. Ini terjadi ketika Australia menghadapi juga tekanan komersial dan diplomatik dari China

Blinken menilai ancaman pembalasan ekonomi serta tekanan China tidak akan berhasil sebab Australia tak akan mundur. "Amerika Serikat tidak akan meninggalkan Australia sendirian di lapangan atau, lebih baik lagi, di lapangan," katanya, menggunakan metafora olahraga.

Sekitar 2.200 Marinir AS dijadwalkan datang melalui Darwin pada rotasi 2021, dengan pembatasan karena Covid-19 dan tindakan karantina yang ketat dari Australia.

Baca Juga


Morrison akan menuju ke Washington pekan depan untuk pertemuan puncak empat arah pertama dengan Biden, Perdana Menteri India Narendra Modi dan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga atau aliansi Quad.

Menhan Australia Dutton juga menunjuk Indonesia, Vietnam, dan Korea Selatan sebagai mitra Australia di kawasan. "Mereka memahami nilai-nilai yang kami anut dan bahwa kami telah secara konsisten dipatuhi untuk jangka waktu yang lama," katanya.


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler