PLN Pasok Listrik EBT 170 MVA ke Smelter di KEK Palu
Kesadaran pelaku usaha meningkat dalam penggunaan energi hijau
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meningkatnya kesadaran pelaku usaha untuk menyesuaikan diri dengan tren global dalam penggunaan energi hijau, telah mendorong pertumbuhan minat terhadap sertifikasi Energi Baru Terbarukan (EBT) PLN.
Kali ini giliran PT Anugrah Tambang Smelter (ATS) yang turut menikmati. Lewat penandatanganan Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) dan Perjanjian Jual Beli Renewable Energy Certificate (PJBREC) Daya 170 MVA, PT AMS kini resmi beralih menggunakan energi hijau.
Sertifikasi Renewable Energy Certificate (REC) merupakan layanan PLN berupa pengakuan penggunaan energi baru terbarukan (EBT). REC ini merupakan bukti kepemilikan sertifikat standar internasional atas produksi tenaga listrik yang dihasilkan dari pembangkit energi terbarukan.
Penandatanganan yang dilakukan oleh GM UIW Sulutenggo Leo Basuki dan Direktur Utama PT ATS Edy Santi di Palu ini, disaksikan langsung oleh Direktur Bisnis Regional Sulawesi, Maluku, Papua & Nusa Tenggara (Sulmapana) PLN Syamsul Huda. Turut serta Chief Exevutive Officer (CEO) Silkroad Nickel, Joseph Hong, pada Kamis (23/9).
Syamsul Huda mengatakan, daya sebesar 170 MVA ini adalah angka yang besar di Palu. Dalam sub-sistem Palu, beban puncaknya saat ini adalah 150 MW. Dengan masuknya 146 MW untuk PT AMS, maka beban puncak kelistrikan di Palu pun bertambah dua kali lipat.
"Kami apresisasi karena ATS sepenuhnya menggunakan REC. Kehadiran PT ATS di Kawasan Ekonomi Khusus Palu ini akan berdampak luar biasa terhadap perekonomian Palu dan sekitarnya," ujarnya.
Huda menyebut sesuai dengan pernyataan dari CEO P Silkroad Nickel yang merupakan investor dari ATS, bahwa masuknya daya 170 MVA ini akan menarik 1.500 tenaga kerja yang bekerja di perusahaan smelter Nickep Pig Iron tersebut. Kebutuhan daya ini juga dinilai akan meningkat seiring dengan rencana ATS yang menggandakan produksinya pada 2023 nanti
PLN sebagai perusahaan yang bergerak di sektor kelistrikan menurutnya siap untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sejauh ini sebutnya, potensi permintaan pelanggan smelter di seluruh Sulawesi mencapai 66 pelanggan dengan kebutuhan daya 6.761 MVA. Sementara sistem kelistrikan di Sulawesi saat ini mempunyai daya mampu sebesar 2.487 MW, dengan cadangan daya 737 MW.
PLN pun berkomitmen untuk dapat memasok listrik tepat waktu sesuai jadwal yang disepakati pada 2023, karena ketepatan waktu pembangunan adalah kunci sukses industri smelter.
Untuk kebutuhan daya ini, PLN pun akan menyiapkan penyambungan yang terdiri dari 4 tahapan. Untuk tahap pertama sebesar 5,5 MVA pada Februari 2022 mendatang. Selanjutnya tahap kedua sebesar 8,6 MVA pada Agustus 2022, tahap ketiga sebesar 85 MVA pada Juni 2023, dan tahap empat sebesar 170 MVA pada Desember 2023.
"Proses pekerjaan konstruksi dalam rangka pemenuhan penyaluran Tenaga Listrik ke PT Anugrah Tambang Smelter akan berlangsung lebih kurang 20 bulan sejak penandatanganan SPJBTL dan PJBREC ini," kata Huda.
Direktur Utama PT ATS Edy Santy pun menyampaikan itikad perusahaannya mendukung visi Indonesia menjadi negara produsen baterai yang berkiblat pada energi ramah lingkungan. Pabrik yang menggelontorkan total investasi sebesar 600 juta dolar AS ini rencananya dibangun dalam dua tahap.
"Bersama dengan PLN, pabrik kami yang pertama 4x36 MW, dan tahap kedua dengan penambahan yang sama. Seluruhnya menggunakan energi terbarukan melalui produk yang menjadi unggulan PLN saat ini yaitu REC," imbuh Edy.
Dengan terwujudnya investasi PT ATS di Sulawesi tengah, khususnya di KEK Palu, Edy optimis dapat berkontribusi dan memberikan efek positif bagi perekonomian dan masyarakat di sekitar Palu. Selain serapan tenaga kerja, beroperasinya smelter ini akan berdampak kepada pendapatan negara maupun pemerintah daerah, serta mendorong munculnya pusat perekonomian baru.