ASI Penyintas Mengandung Antibodi Covid-19 Hingga 10 Bulan
Penyintas Covid-19 masih menghasilkan ASI yang mengandung antibodi hingga 10 bulan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibu menyusui yang terinfeksi Covid-19 boleh jadi khawatir akan kondisi dirinya maupun sang bayi. Kabar baiknya, air susu ibu (ASI) ternyata dapat mengandung antibodi hingga 10 bulan setelah ibu pulih dari Covid-19.
Studi terbaru mengungkap, antibodi ini dapat melindungi sang bayi, bahkan disebut dapat mengobati kasus infeksi Covid-19 parah. Antibodi utama dalam ASI tersebut bernama Secretory Immunoglobulin A (IgA), yang menempel pada lapisan saluran pernapasan dan usus bayi, dapat menghalangi virus dan bakteri masuk ke dalam tubuh buah hati.
"Antibodi dan faktor bioaktif dalam ASI dapat melawan infeksi Covid-19," kata para ahli dari Mount Sinai Hospital, Amerika Serikat, dilansir laman Indian Express, Kamis (30/9).
Penelitian tersebut menemukan bahwa ibu menyusui yang pernah positif Covid-19 terus mengeluarkan antibodi ke dalam ASI hingga 10 bulan. Menurut para peneliti, dikutip The Guardian, antibodi ini melindungi bayi dari penyakit dan juga dapat digunakan untuk mengobati orang dengan kasus infeksi parah.
Dalam penelitian ini, Dr Rebecca Powell dan tim dari Mount Sinai Hospital menganalisis sampel ASI dari 75 ibu yang merupakan penyintas Covid-19. Powell dan rekan menemukan bahwa 88 persen ASI mereka mengandung antibodi IgA.
"Artinya, jika Anda terus menyusui, Anda masih memberikan antibodi itu dalam ASI Anda,” kata Powell.
Powell menjelaskan, itu bisa menjadi terapi yang luar biasa, karena IgA Sekretori akan berada di daerah mukosa, seperti lapisan saluran pernapasan. IgaA Sekretori bertahan serta dapat berfungsi dengan sangat baik di area tersebut.
Powell membayangkan, IgA Sekretori kemungkinan akan sangat efektif ketika digunakan dalam jenis terapi nebulizer pada orang yang kondisinya cukup parah, namun belum sampai masuk ke perawatan intensif.
Menanggapi studi ini, Dr Sarika Gupta, konsultan senior onkologi dan ginekologi robotik dari Indraprastha Apollo Hospital, New Delhi, India, mengatakan bahwa literatur yang diterbitkan baru-baru ini menemukan bahwa antibodi IgA ditemukan dalam ASI penyintas Covid-19. Antibodi disekresikan selama 10 bulan sehingga memberikan kekebalan pasif pada bayi dan juga berpotensi digunakan untuk mengobati infeksi virus penyebab Covid-19.
Dr Gupta tetap menyarankan penelitian lebih lanjut untuk memeriksa nilai penggunaan IgA yang berasal dari ASI dalam mengobati Covid-19. Para peneliti juga menemukan bahwa ibu yang divaksinasi memiliki antibodi spesifik virus dalam air susunya.
Sementara itu, Powell mengatakan bahwa tingkat antibodi yang dihasilkan oleh vaksin RNA sangat tinggi dibandingkan dengan vaksin lain. Sebetulnya, orang tidak perlu antibodi sebanyak itu untuk melindungi diri dari infeksi, tetapi efek pada ASI sangat tergantung pada jumlah antibodi dalam darah yang ditransfer ke dalam ASI.
"Tingkat antibodi yang lebih rendah yang dirangsang oleh vaksin J&J (vaksin vektor virus), menyebabkan sangat rendahnya kadar antibodi dalam ASI," kata Dr Powell.