Ferrari tak Tertarik Kembangkan Fitur Mobil Otonom

Inti dari memiliki Ferrari adalah menikmati sensasi saat mengemudikanya.

EPA-EFE/Yuri Kochetkov
Pembalap Formula Satu Spanyol Carlos Sainz dari Scuderia Ferrari Mission Winnow beraksi selama Grand Prix Formula Satu 2021 Rusia di trek balap Sochi Autodrom di Sochi, Rusia, Ahad (26/9/2021).
Rep: Eric Iskandarsjah Z Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, MARANELLO -- Tak semua pengemudi butuh pemeran pengganti untuk mengendalikan mobil. Sebab, ada sejumlah pengemudi yang justru ingin menikmati momen berkendara dengan fokus dan menikmati hubungan antara pengemudi dengan mobil yang dikendarai.

Kurang lebih, hal itu yang dicari oleh para pengendara Ferrari. Oleh karena itu, Ferrari pun tak tertarik untuk melakukan pengembangan fitur full self driving (FSD).

Dikutip dari Carbuzz pada Jumat (1/10), komitmen itu ditekankan oleh Chairman Ferrari, John Elkann. "Inti dari memiliki Ferrari adalah menikmati sensasi saat mengemudikanya," kata John Elkann.

Komitmen ini pun diapresiasi oleh CEO Tesla, Elon Musk. Karena, Ferrari identik dengan mobil supercar dengan driving experience yang agresif sehingga kurang pas jika menerapkan teknologi FSD.

Tapi, meski tak tertarik dengan sistem kendali otonom, Ferrari tetap tertarik untuk menghadirkan kendaraan ramah lingkungan. Hal ini pun ditunjukan lewat kehadiran produk baru yang dikemas dalam format hybrid.

Dilansir dari Yanko Design pada Juni lalu, produk hybrid terbaru itu merupakan Ferrari 296 GTB. Sesuai namanya, mobil Gran Turismo Berlinetta (GTB) itu hadir dengan mesin 2.996 cc.

Motor listrik pada mesin hybrid untuk mobil ini sendiri diletakan pada roda belakang. Artinya, seluruh torsi dari mesin konvensional dan motor listrik difokuskan untuk memberikan sensasi rear wheel drive. Penambahan line up hybrid ini sendiri merupakan langkah Ferrari untuk mulai beralih pada mobil listrik.

Baca Juga


Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler