Efek Samping Covid-19 Bisa Pengaruhi Bokong
Covid-19 sebabkan gelombang efek samping, salah satunya neurologis.
REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Gejala Covid-19 terbaru terungkap mempengaruhi bokong. Sebuah laporan medis yang baru diterbitkan oleh dokter di Jepang telah mengungkapkan kondisi misterius yang terkait dengan penyakit yang disebut "sindrom anal gelisah."
Dilansir dari New York Post, Ahad (3/10), sebutan sindrom anal gelisah disamakan dengan sindrom kaki gelisah (RLS) yang lebih umum dibahas. Sindrom anal gelisah digunakan untuk menggambarkan dengan tepat satu penderitaan pasien Covid-19 berusia 77 tahun. Pria itu baru saja keluar dari Rumah Sakit Universitas Medis Tokyo setelah 21 hari dirawat karena sakit Covid-19. Tetapi meskipun telah sepenuhnya pulih dari virus, ia kembali melaporkan gejala baru yang tidak nyaman.
Pria tersebut mengatakan kepada dokter mulai menderita ketidaknyamanan di bagian dalam bokongnya di daerah antara anus dan alat kelaminnya. Seiring berlalunya hari, pasien mengamati bahwa aktivitas fisik tampaknya meredakan anusnya yang stres, sementara berbaring hanya meningkatkan ketidaknyamanannya, yang juga meningkat pada malam hari.
Kolonoskopi menunjukkan pria itu menderita wasir internal, tetapi itu tidak menjelaskan kejangnya. Sistem sarafnya juga tampak bekerja dengan baik. Beberapa penderita Covid-19 telah mengalami gagap dan masalah neurologis lainnya setelah pulih dari virus.
Laporan Covid-19 diketahui menyebabkan gelombang efek samping, beberapa di antaranya bersifat neurologis, termasuk kehilangan rasa dan penciuman, kabut otak, dan mati rasa. Saat itulah dokter menganggap kondisinya yang canggung pastilah neurologis. Lalu dokter mencatat bahwa gejalanya telah bermanifestasi mirip dengan RLS, yang telah terdeteksi pada setidaknya dua pasien Covid-19 yang pulih lainnya.
Penulis laporan studi Dr Itaru Nakamura menyatakan hubungan antara penyakit di bokong itu dan RLS belum dipahami. Pasien Nakamura, bagaimanapun, mungkin merupakan kasus sindrom bokong pertama yang didokumentasikan terkait dengan Covid-19.
Nakamura meresepkan pria itu rejimen harian obat penenang clonazepam (Klonopin) untuk membantu mengendurkan otot-otot anusnya. Pasien dikabarkan terus membaik setelah 10 bulan perawatan.
RLS diketahui terjadi pada setidaknya 3 juta orang Amerika. Gejalanya dapat terasa di tempat lain di tubuh, seperti lengan atau bahkan wajah. Beberapa ahli percaya kondisi ini sangat tidak dilaporkan, karena Restless Legs Syndrome Foundation memperkirakan bahwa 7-8 persen di AS hidup dengan beberapa bentuk RLS.