Pandemi Buat UBSI Terapkan Blended Learning
BSI baru berencana menggelar perkuliahan luring terbatas pada November pasca UTS
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak 1,5 tahun belakangan mengubah hampir semua tatanan, termasuk pendidikan yang semula tatap muka menjadi lewat dalam jaringan (daring). Universitas Bina Sarana Informatika (BSI) juga harus mengubah metode pembelajarannya jadi online dan menggunakan blended learning.
Rektor Universitas BSI Mochamad Wahyudi mengakui, pembelajaran mahasiswa selama masa pandemi seperti saat ini, terutama yang tengah menempuh mata kuliah yang berbasis praktikum bidang kesehatatan dan teknik merasa agak kesulitan. Sehingga, dia melanjutkan, perguruan tinggi yang ada praktikum khususnya di bidang itu di masa pandemi memberlakukan mahasiswanya belajar secara luring secara terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes).
"Tetapi, kalau BSI belum memberlakukan itu semua karena mengingat mementingkan masalah risiko keselamatan dosen, karyawan, mahasiswa. Kami lebih mementingkan keselamatan peserta didik kami kemudian karyawan dan tenaga pendidik," katanya di webinar bersama Republika dengan judul Model Pembelajaran Mahasiswa di Masa Pandemi, Selasa (5/10).
Ia mengutip keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan riset dan pendidikan tinggi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim yang mengeluarkan surat edaran mendikbud nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat Covid-19. Itulah yang mendasari pihak perguruan tinggi maupun pendidikan dasar dan menengah untuk melaksanakan perkuliahan maupun pembelajaran jarak jauh atau daring. Berdasarkan data rujukan itu tadi, dia melanjutkan, akhirnya BSI mencoba melaksanakan pembelajaran secara daring.
"Kalau di kampus BSI, kami memutuskan pertemuan dilakukan daring secara penuh usai Covid-19 per Maret 2020 dinyatakan sebagai pandemi oleh organisasi kesehatan dunia PBB (WHO)," ujarnya.
Ia menambahkan, kampus yang dikelolanya ditutup total karena saat itu masih awal pandemi dan tinggi-tingginya. Kendati demikian, pihaknya mengakui memang tak mudah mengubah kebiasaan pembelajaran tatap muka. Sebab, pertemuan ini dianggap paling efektif dan efisien karena bisa berinteraksi secara langsung antara peserta didik dengan dosennya antara siswanya dengan gurunya maka metode pembelajaran luring yang dianggap efektif. Sehingga, setelah lebaran tahun lalu 2020, BSI mencoba untuk kembali membuka kampus.
Tetapi ia menambahkan, kebijakan itu tak berlaku untuk mahasiswa. Ia menegaskan, pembelajaran masih dilakukan secara daring, hanya karyawan operasional BSI yang masuk ke kampus. Itupun paling hanya sepekan sekali. Ia menyebutkan, selama pandemi BSI menerapkan sistem bekerja Senin sampai Kamis di kantor dan jumat dilakukan secara kerja dari rumah (WFH). Karyawan yang masuk ke kantor hanya Senin sampai Kamis, itupun bergantian dua hari sekali. Sementara mahasiswa dan dosennya tetap daring.
Kemudian setelah lebaran 2021 di Juli terjadi lonjakan Covid-19 terhadap varian baru virus corona yang delta. Pihaknya mengakui peningkatan Covid-19 sangat mengkhawatirkan dan akhirnya sampai hari ini belum berani memutuskan pembelajaran secara luring. Ia menambahkan, BSI baru berencana melaksanakan luring setelah pelaksanaan ujian tengah semester (UTS) di pertengahan November mendatang.
"Setelah UTS, kami akan gelar pertemuan tatap muka secara terbatas, (kapasitas) 50 persen dulu," katanya.
Terkait metode pembelajaran yang cocok selama pandemi, ia menyebutkan blended learning adalah salah satu pilihan selain home visit method dan daring method. Kemudian, ia mengatakan, BSI menerapkan blended learning yang menggabungkan fasilitas e-learning dan pertemuan tatap muka berbasis metode sinkronus.
Perlu diketahui, pembelajaran sinkronus adalah yang berbasis interaksi antara guru dan siswa yang dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan menggunakan teknologi telekonferensi. Ia menjelaskan, mahasiswa belajar secara e-learning, semua fasilitas sudah dipindahkan secara e-learning kemudian tatap muka dibagi menjadi di pertemuan pertama awal kuliah tatap muka, kemudian di pertemuan ketujuh sebelum pelaksanaan UTS akan digelar tatap muka.
Setelah itu, di pertemuan kesembilan setelah pelaksanaan UTS, ada tatap muka lagi dan di pertemuan ke-15 kembali digelar tatap muka sebelum pelaksanaan UAS. "Jadi, blended learningnya di situ," ujarnya.
Kemudian, dia melanjutkan, para dosen diwajibkan melakukan tatap muka menggunakan aplikasi sinkronus seperti zoom, google meet. Ia menambahkan, yang penting di pertemuan yang disampaikan harus melakukan sinkronus untuk blended learning. Tetapi, pihaknya menyadari lama kelamaan di era pandemi ini agak sulit untuk dilakukan karena nanti bisa tidak terintegrasi dengan sistem di internal.
Akhirnya setahun yang lalu BSI coba tinggalkan teknologi LMS dan menggunakan teknologi My BSI e-learning system (BEST). Ia menjelaskan, teknologi ini dikembangkan karena sekarang akses e-learning kebanyakan hanya di website. Namun karena pandemi, kadang-kadang orang tak bisa mengakses hanya di rumah karena bisa saja tengah bepergian atau tak ada di rumah.
"Jadi, kami bangun aplikasi aplikasi e-learning My BEST ini, yang membangun sistem informasi BSI. Kami mencoba bangun e-learning versi website dan versi handphone," ujarnya.