Peneliti Temukan Efek Samping Covid-19 Covid Toe
'Covid toe' dipercaya peneliti muncul ketika tubuh melawan virus Covid-19.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Covid toe tampaknya merupakan efek samping dari tubuh ketika melawan virus corona. Para peneliti menemukan bahwa sistem kekebalan menjadi salah satu penyebab Covid toe. Temuan dalam British Journal of Dermatology ini dapat membantu perawatan untuk meringankan gejalanya.
Namun, apa itu jari Covid toe? Kondisi ini dapat terjadi pada usia berapa pun, tetapi lebih sering menyerang anak-anak dan remaja. Bagi sebagian orang, kondisi ini tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi ruamnya bisa sangat sakit dan gatal, dengan lepuh lembut dan bengkak.
Kulit yang terkena bisa terlihat merah atau ungu. Beberapa orang mengalami benjolan yang menyakitkan atau area kulit kasar. Bisa juga ada nanah. Beberapa orang mengalaminya selama berbulan-bulan atau l selama berminggu-minggu. Seringkali, orang yang mengalami Covid toe tidak memiliki gejala klasik Covid-19, seperti batuk, demam, dan kehilangan atau perubahan bau atau rasa.
Mengapa Covid toe terjadi? Temuan studi baru ini yang didasarkan tes darah dan kulit menunjukkan dua bagian dari sistem kekebalan mungkin berperan. Keduanya melibatkan mekanisme yang digunakan tubuh untuk melawan virus corona, salah satunya adalah protein antivirus yang disebut interferon tipe-1, dan yang lainnya adalah jenis antibodi yang keliru menyerang sel dan jaringan orang itu sendiri, bukan hanya virus.
Konsultan dermatologis dan juru bicara British Skin Foundation, dr Veronique Bataille, mengatakan, Covid toe sangat sering terlihat selama fase awal pandemi, tetapi kurang umum pada gelombang varian Delta saat ini. Dia memperkirakan hal itu disebabkan banyak orang yang divaksinasi atau memiliki perlindungan terhadap Covid-19 dari infeksi masa lalu.
"Presentasi setelah vaksinasi jauh lebih jarang," ujar Bataille, dilansir dari BBC, Rabu (6/10).
Peneliti dari University of Paris, Prancis mempelajari 50 orang yang diduga terinfeksi Covid toe pada musim semi 2020, dan 13 lainnya dengan lesi chilblains serupa yang tidak terkait dengan infeksi Covid. Mereka berharap temuan ini akan membantu pasien dan dokter lebih memahami kondisinya.
Ahli penyakit kaki asal Inggris, dr Ivan Bristow, mengatakan, chilblains yang biasanya muncul pada musim dingin akan hilang dengan sendirinya. Namun, beberapa orang mungkin memerlukan perawatan dengan krim dan obat lainnya.
“Konfirmasi penyebabnya akan membantu mengembangkan pengobatan baru untuk mengelolanya secara lebih efektif," kata Bristow.
Masalah kulit terkait Covid-19 dapat muncul cukup lama setelah infeksi akut, dan pada orang yang tidak memiliki gejala lain.
Baca juga : Nikaragua Restui Dua Vaksin Covid-19 Buatan Kuba