Mahasiswa UMM Ciptakan Pengawet Alami dari Umbi Kucai
Zat allicin pada umbi kucai bisa menjadi antimikroba yang berfungsi melindungi bakso
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pengawet makanan menjadi masalah serius bagi konsumsi pangan masyarakat Indonesia. Salah satunya yang berbahaya adalah boraks dan bahan ini masih marak digunakan untuk mengawetkan bakso.
Melihat permasalahan tersebut, sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tergerak untuk menciptakan pengawet alami dari umbi kucai. Melalui Program Kreatifitas Mahasiswa-Riset Eksakta (PKM-RE), mahasiswa ini berhasil mengembangkan pengawet makanan alami pada bakso. PKM dengan judul “Aplikasi Penggunaan Edible Film Dari Alicin Umbi Lapis Kucai (Allium Tuberosum) Terhadap Kualitas Penyimpanan Bakso” ini telah lolos pada tahap pendanaan dari Direktorat Jendral Perguruan Tinggi (Dikti).
Ketua tim Navi'atur Riza menjelaskan, pemilihan umbi kucai sebagai bahan dasar berdasarkan kandungannya yang baik untuk mengawetkan, yakni Allicin. Zat allicin pada umbi kucai bisa menjadi antimikroba yang berfungsi melindungi bakso dari bakteri. "Tim kami percaya bahwa umbi kucai bisa jadi alternatif pengwaet yang bagus,” katanya.
Navi, sapaan akrabnya juga memaparkan beberapa proses pembuatan edible film pengawet ini. Pertama, tim membuat edible counting terlebih dahulu yang terbuat dari pati singkong. Kemudian menambahkan aquades dan gliserol yang dipanaskan hingga 70 derajat.
Setelah itu, edible counting didinginkan hingga 30 derajat dan dicampurkan dengan ekstrak kucai yang sudah melalui evaporasi. Seluruh proses tersebut memakan waktu sekitar dua hari.
Selama dua hari tersebut, kata Navi, kandungan zat alami dari bahan kucai dan singkong masih tetap terjaga sehingga aman untuk mengawetkan bakso. "Edible film tersebut cukup diletakkan di bakso dan bisa mengwetkannya secara alami," ungkapnya dalam keterangan pers yang diterima Republika, Kamis (7/10).
Selama proses pembuatan ini, Navi dan tim mendapatkan berbagai kendala dan tantangan. Salah satunya pembatasan penggunaan laboratorium karena pandemi. Meskipun begitu, Navi dan kelompok tidak patah semangat. Berbagai alternatif ia lakukan dalam melaksanakan program kretivitas tersebut.
Mahasiswa asli Ngawi ini berharap penelitiannya dapat diteruskan oleh teman-teman lainnya agar bisa lebih sempurna. Ia ingin agar pengawet alami ini dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga tidak hanya bakso yang bisa diawetkan, tapi juga bahan-bahan makanan lainnya. Begitupun dengan proses pengemasan serta sosialisasi agar para warga berpindah dan menggunakan pengawet alami ini.