Diversifikasi Pangan Lokal Butuh Dukungan Teknologi
17 persen pangan terbuang percuma akibat teknologi yang tidak tepat.
REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendukung upaya penguatan pangan lokal sebagai bagian dari diversifikasi pangan pokok di luar beras. Namun, upaya tersebut mendapatkan tantangan dari segi ketersediaan teknologi pasca panen untuk mengolah berbagai komoditas pangan lokal dari masing-masing daerah.
"Penguatan pangan lokal harus didukung dengan teknologi pasca panen. Bahkan dengan revolusi industri keempat, teknologi pasca panen harus mengikuti itu," kata Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dalam International Conference On Agricultural Postharvest Handling And Processing 2021 di Bogor, Jawa Barat, Selasa (12/10).
Ia mengatakan, dengan dukungan teknologi, potensi komoditas pangan lokal bisa diolah menjadi aneka makanan yang bisa diterima oleh pasar. Seperti misalnya, sagu, ubi jalar, jagung, kentang, yang bisa dimanfaatkan oleh industri pengolahan makanan dalam negeri.
"Teknologi pasca panen di Indonesia akan menjadi andalan untuk mewujudkan pertanian yang semakin maju dan mandiri," katanya menambahkan.
Syahrul sekaligus menyinggung laporan FAO di mana tercatat sekitar 14 persen potensi pangan dunia hilang karena teknik panen dan pasca panen yang tidak tepat. Dari persentase itu, 17 persen di antaranya terbuang percuma di tingkat konsumen.
Laporan tersebut menjadi catatan tersendiri bagi Kementan untuk terus meningkatkan kapasitas produksi pangan dalam negeri disertai dengan mengurangi kehilangan dan pemborosan proses produksi pangan demi mencapai ketahanan pangan dan gizi.
"Diperlukan upaya bersama dalam dukungan penurunan susut pangan dan mengurangi kemubaziran panga . Program-program penelitian terpadu diharapkan bisa mengurangi itu dan tentu membantu pertanian kita lebih tumbuh produktif ke depan," ujarnya.