Harapan Luhut Indonesia Capai Endemi Tahun Depan

Endemi bisa tercapai jika liburan akhir tahun terjadi tanpa disusul gelombang ketiga.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Sejumlah warga beraktivitas di kawasan Asia Afrika, Kota Bandung. Indonesia diharapkan bisa memasuki tahap endemi pada tahun depan. Perubahan dari pandemi ke endemi hanya bisa terjadi jika Indonesia mampu melewati perayaan Natal dan Tahun Baru tanpa membebani sistem kesehatan.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dessy Suciati Saputri, Antara

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan optimistis Indonesia bisa keluar dari pandemi Covid-19. Ia meyakini Indonesia bisa memasuki tahap endemi pada tahun depan. Namun, perubahan ini hanya bisa terjadi jika Indonesia mampu melewati perayaan Natal dan Tahun Baru dengan baik.

“Kalau kita bisa melampaui Natal dan Tahun Baru ini dengan baik, pada Januari saya kira kita sudah masuk pada endemi. Karena pada saat waktu itu saya kira sudah kita harapkan terdapat obat anti virus ini,” jelas Luhut saat konferensi pers usai ratas terkait PPKM bersama Presiden, Senin (18/10).

Karena itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun menginstruksikan jajarannya agar berhati-hati dan menyiapkan langkah mitigasi jika terjadi gelombang ketiga akibat libur Natal dan Tahun Baru nanti. Gelombang ketiga di akhir tahun ini dapat terjadi mengingat tingginya mobilitas masyarakat dan juga menurunnya efek imunitas pascavaksinasi.

“Oleh karena itu, kami akan berlakukan beberapa kali rapat untuk persiapkan itu. Terutama mendorong pengguna PeduliLindungi dan tadi soal vaksinasi,” kata dia.

Luhut menyadari seluruh pihak dan juga masyarakat sudah lelah berhadapan dengan pandemi Covid-19 saat ini. Namun dengan perkembangan kondisi Covid-19 saat ini, ia yakin Indonesia mampu segera mengatasi dan keluar dari pandemi. “Keberhasilan kita mengendalikan varian Delta hingga keadaan ini menegaskan bahwa Indonesia bisa mengatasi berbagai permasalahan dan tantangan ke depan jika kita melakukannya secara kompak,” jelasnya.

Ia pun mengajak seluruh masyarakat agar bekerja sama menjaga kondisi penurunan kasus saat ini. Yakni dengan mematuhi protokol kesehatan serta mendapatkan suntikan vaksinasi.

Saat ini perkembangan Covid-19 di Jawa dan Bali terus mengalami perbaikan ditunjukkan dengan penurunan kasus positif maupun meninggal. Namun demikian, pemberlakukan PPKM level masih terus diperpanjang.

“Kasus konfirmasi area menyebabkan kasus aktif nasional dan Jawa Bali terus menurun dan saat ini hanya tersisa kurang dari 20 ribu, tepatnya 18 ribu secara nasional dan kurang dari 7 ribu di Jawa Bali tepatnya 7 ribuan. Dibandingkan lebih dari 570 ribu kasus aktif pada puncak Delta pada 15 Juli lalu,” ujar Luhut.

Perbaikan situasi ini juga tercermin dari jumlah kasus kematian di sejumlah provinsi di Jawa dan Bali yang melaporkan 0 kasus kematian akibat Covid-19. Pada 17 Oktober lalu, Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, DIY, dan juga Bali mencatatkan 0 kematian. Sedangkan provinsi lainnya di Jawa Bali hanya mencatatkan kurang dari 5 kasus kematian per hari.  

Luhut mengatakan pemerintah juga terus melakukan evaluasi dalam pelaksanaan PPKM, termasuk dalam penentuan level kabupaten kota. Selama satu bulan terakhir, penurunan level untuk wilayah aglomerasi tertahan oleh sejumlah kabupaten kota yang belum mampu mencapai target vaksinasi.

Ia mencontohkan, sebagian besar kabupaten kota di wilayah Jabodetabek yang tertahan untuk bisa turun ke level 2 karena cakupan vaksinasi di Kabupaten Bogor dan Tangerang belum mencapai target. Karena itu, dalam ratas kali ini, Presiden menyetujui agar syarat vaksinasi kabupaten kota di wilayah aglomerasi diubah berdasarkan pencapaian daerah itu sendiri, selama keseluruhan aglomerasi sudah memenuhi syarat WHO untuk turun level.

Dengan perubahan syarat vaksinasi untuk aglomerasi ini, maka sebanyak 54 kabupaten kota akan turun ke level 2 dan sembilan kabupaten kota turun ke level 1 mulai Selasa (19/10) esok. Keputusan ini akan diatur secara detil melalui peraturan Inmendagri.

Perbaikan situasi membuat Pemerintah melakukan pelonggaran, termasuk dibukanya tempat permainan anak di pusat perbelanjaan atau mal. "Seiring dengan kondisi situasi Covid-19 yang semakin baik, ada beberapa penyesuaian aktivitas masyarakat yang mulai dapat diberlakukan pada periode PPKM ini, di antaranya tempat permainan anak di mal/pusat perbelanjaan boleh dibuka untuk kabupaten/kota di Level 2," katanya.

Meski sudah bisa dibuka, pemerintah mensyaratkan tempat permainan anak harus mencatat nomor telepon dan alamat orang tua, serta waktu anak bermain untuk kebutuhan pelacakan (tracing). Pelonggaran lainnya, yakni ditingkatkannya kapasitas bioskop untuk kota Level 2 dan 1 menjadi 70 persen. Anak-anak juga diperkenankan masuk bioskop di kota dengan Level 1 dan 2.

Menko Luhut juga menuturkan sopir angkutan logistik yang sudah divaksinasi lengkap (dua kali) dapat menggunakan tes antigen yang dapat berlaku selama 14 hari untuk melakukan perjalanan domestik. "Akan dilakukan random testing pada sopir logistik. Dan kita imbau bila ada sopir logistik yang merasa tidak nyaman dengan kondisinya supaya melaporkan diri untuk diperiksa," katanya.

Penyesuaian lainnya yaitu anak-anak di bawah 12 tahun diperbolehkan masuk tempat wisata di Level 2 yang sudah menggunakan PeduliLindungi, dengan didampingi orang tua. Ujicoba tempat wisata di kabupaten/kota Level 3 juga akan ditambah sesuai dengan izin Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

"Wisata air dapat dibuka pada kabupaten/kota Level 2 dan 1," katanya.

Ia menambahkan penggunaan PeduliLindungi akan jadi alat untuk menahan peningkatan kasus di tengah pelonggaran aktivitas dan mobilitas masyarakat. Hingga saat ini PeduliLindungi telah digunakan lebih dari 100 juta kali di berbagai area publik dengan rata-rata penggunaan mendekati 3 juta per hari.


Baca Juga


Meski kasus sudah menurun masyarakat tetap diminta tidak lengah. Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mengemukakan gelombang ketiga di Indonesia sangat bergantung pada ketaatan masyarakat terhadap protokol kesehatan dan kebijakan pemerintah.

"Sebetulnya tergantung masalah perilaku masyarakat, apakah mau pakai terus protokol kesehatan atau tidak. Artinya, saat ini pergerakan masyarakat cukup sering dan cukup padat, sehingga ada risiko penularan," kata Zubairi Djoerban di kanal YouTube pribadinya bertajuk "Harap-Harap Cemas Gelombang Ketiga".

Hal berikutnya yang juga perlu diperhatikan, kata Zubairi, adalah konsistensi pemerintah dalam menerapkan kebijakan PPKM. "Tentu kebijakan juga harus konsisten, jangan cepat-cepat mencabut peraturan perundangan PPKM-nya, harus hati-hati," katanya.

Selain itu Zubairi juga mengingatkan tentang perilaku virus corona yang selalu bermutasi untuk bisa beradaptasi dengan keadaan. Sebagian ahli menyampaikan gelombang ketiga Covid-19 berpotensi terjadi pada akhir 2021 yang ditandai dengan kerumunan masyarakat pada saat perayaan Natal dan Tahun Baru.

"Beberapa ahli bilang awal Januari, kalau saya sendiri sambil harap-harap cemas itu mungkin masih bulan Februari atau Maret 2022," katanya. Zubairi berharap situasi Covid-19 yang menunjukkan tren penurunan di Tanah Air sebagai pertanda menuju endemi.

"Tentu kita harapkan dan doanya yang paling baik adalah tidak timbul gelombang ketiga, namun sudah waktunya endemi. Semoga tahun depan bukan gelombang ketiga, namun endemi, artinya hanya ada di satu daerah di provinsi, kemudian nanti hilang, kemudian muncul lagi di tempat lain," katanya.

Selain mengantisipasi gelombang ketiga, pemerintah juga berharap pada varian obat antivirus baru yang sedang dikembangkan sejumlah produsen dunia. Lewat obat tersebut, Indonesia berharap untuk bertransisi dari pandemi menjadi endemi.

"Mengenai obat-obatan, jadi banyak perkembangan jenis obat baru yang promosingatau memberikan harapan agar bisa menangani pandemi ini," kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Senin sore. Budi mengatakan Indonesia dapat lebih cepat keluar dari situasi pandemi bila program vaksinasi Covid-19 telah dilengkapi dengan ketersediaan obat-obatan antivirus.

Menurut Budi, pemerintah sudah melakukan uji klinik untuk beberapa obat-obatan yang masuk kategori monoclonal antibodies, seperti Bamlanivimab dan Etesevimab. Selain itu Kemenkes juga sedang menjajaki beberapa obat-obatan antivirus baru yang sekarang sedang ramai dibicarakan, antara lain Molnupiravir dan AT-527.

"Kami juga mempelajari obat antivirus yang namanya Proxalutamide produksi Suzhou Kintor Pharmaceuticals dari China," katanya.

Budi menambahkan Kemenkes terus memonitor perkembangan uji klinik fase 3 obat-obatan antivirus Covid-19. "Untuk obat-obatan yang memang menjanjikan, kami menawarkan agar uji klinik fase 3 dilakukan di Indonesia," katanya.

Dengan kebijakan itu, Budi berharap Indonesia bisa lebih cepat mengetahui kecocokan dari obat baru tersebut agar bisa segera digunakan di Tanah Air.


Potensi gelombang ketiga Covid-19 bisa dicegah dengan vaksinasi dan taat prokes. - (Republika)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler