Ilmuwan Buat Peta Detail dari Aurora Misterius di Uranus

Aurora di Uranus terjadi sangat berbeda dibandingkan aurora di Bumi.

getty images via metro.co.uk
Uranus memiliki cincin yang tipis.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, HAWAII -- Untuk pertama kalinya, ilmuwan mencitrakan Planet Uranus dalam spektrum inframerah. Ilmuwan berharap gambar ini dapat menjelaskan aurora misterius dan medan magnet aneh di planet ini.

Baca Juga


Para ilmuwan, yang berbasis di University of Leicester di Inggris, menggunakan Fasilitas Teleskop Inframerah NASA (IRTF) di Hawaii untuk melihat raksasa es yang mengorbit matahari 19 kali lebih jauh daripada Bumi.

Dilansir dari Space, Selasa (19/10), sama seperti Bumi, aurora di Uranus dipicu oleh interaksi angin matahari. Aurora dipicu aliran partikel bermuatan yang memancar dari matahari, dengan medan magnet planet. Namun, karena begitu banyak perbedaan tentang Uranus dibandingkan planet Bumi, aurora ini berperilaku sangat berbeda dari cahaya kutub utara dan selatan yang terkenal di Bumi.

Misalnya, sumbu di mana Uranus berotasi hampir tegak lurus terhadap matahari. Itu berarti planet ini dasarnya berputar mengelilingi matahari pada sisinya dengan kutub-kutubnya menghadap bintang hampir secara langsung selama seperempat dari sepanjang tahun di planet, yang berlangsung selama 84 tahun Bumi.

Selain itu, kutub magnet Uranus tidak sejajar dengan kutub geografisnya, seperti di Bumi, Jupiter atau Saturnus, tetapi miring sejauh 60 derajat darinya. Akibatnya, aurora Uranus tidak menerangi langit di atas kutub geografis planet tetapi di tempat yang sangat aneh.

“Aurora utara sebenarnya memanjang dari belahan bumi utara menuju khatulistiwa, dan bahkan melewati belahan bumi selatan,” Emma Thomas, seorang mahasiswa Ph.D. di Universitas Leicester yang memimpin pengamatan.

“Jika Anda ingin memetakan aurora, Anda tidak bisa hanya melihat bagian atas planet, Anda harus melihat seluruh permukaannya,” ujarnya lagi.

 

Untuk mencitrakan seluruh permukaan Uranus, para ilmuwan membagi pengamatan mereka menjadi tiga jendela delapan jam yang tersebar selama tiga hari. Mereka harus mengatur waktu setiap jendela pengamatan untuk mencocokkan periode rotasi 17 jam Uranus. Setelah data digabungkan, hasilnya akan menjadi peta paling rinci dari permukaan planet yang jauh di bagian spektrum inframerah.

“Kami ingin memahami di bagian mana di Uranus terdapat bagian terang. Uranus sendiri akan tersinari pada cahaya hari ini. Apa pun yang berada di atas level itu, baik yang disebabkan oleh proses termal internal atau aurora. Dengan mengukur kepadatan partikel di atas Uranus, kita akan dapat membedakan yang mana itu,” kata Thomas.

Sebelumnya, permukaan Uranus hanya dicitrakan di bagian spektrum ultraviolet. Misi NASA Voyager 2 melewati planet ini secara singkat pada 1986, mengambil gambar pertama dan sejauh ini satu-satunya dari permukaan planet asing dan lingkungan di sekitarnya. Pada tahun 2011, Teleskop Luar Angkasa Hubble untuk pertama kalinya mendeteksi aurora yang berkilauan di atas permukaan Uranus, masing-masing meliputi area yang lebih besar dari Bumi.

“Kami masih belum sepenuhnya memahami magnetosfer Uranus dan interaksinya dengan angin matahari,” kata Thomas.

Magnetosfer adalah wilayah di sekitar planet yang didominasi oleh medan magnetnya.

“Dengan memetakan aurora, kita bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang interaksi angin matahari dengan magnetosfer. Dari situ, kita bisa mendapatkan ide yang lebih baik tentang bagaimana garis magnet berorientasi,” ujarnya.

Para ilmuwan tahu bahwa medan magnet di Uranus berperilaku dengan cara yang agak aneh. Menurut studi tahun 2017, garis-garis magnet sering terputus dan terhubung kembali dalam satu hari. 

Thomas menuturkan memahami bagaimana aurora ini bervariasi dalam satu hari dapat memberikan wawasan baru tentang mekanisme yang mendorong medan magnet yang tidak menentu ini.

Namun, aurora tidak hanya bervariasi menurut waktu, tetapi juga dengan musim dalam setahun, tergantung sisi mana dari planet yang saat ini diterangi oleh matahari dan sisi mana yang tidak. Karena Uranus membutuhkan 84 tahun Bumi untuk menyelesaikan satu putaran mengelilingi matahari, para ilmuwan hanya secara perlahan membangun pemahaman mereka tentang perubahan musim ini.

 

“Saat ini, kami hanya memiliki data sekitar satu musim tentang Uranus. Semua yang dapat kami kumpulkan sekarang dan dalam 20 dan 40 tahun ke depan sangat penting untuk memahami sepenuhnya bagaimana aurora planet ini bekerja,” kata Thomas.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler