Ada Lubang, Es Tertua dan Tertebal di Arktik Rentan Mencair

Keretakan raksasa itu menandakan bahwa es purba itu rentan mencair.

AP
Es di laut Arktik mengalami penurunan sekitar empat persen per dekade antara tahun 1978 sampai 1996.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru mengungkapkan sebuah lubang besar terbuka di lapisan es tertua dan paling tebal di Arktik pada Mei 2020. Area ini dikenal sebagai area es terakhir atau last ice area. Para ilmuwan sebelumnya mengira bahwa area es ini adalah yang paling stabil di Arktik. Keretakan raksasa itu menandakan bahwa es purba itu rentan mencair.

Baca Juga


Polynya, atau area perairan terbuka pertama kali diamati di utara Pulau Ellesmere. Namun dalam laporan mereka tentang lubang di es pada Agustus di jurnal Geophysical Research Letters, para peneliti menyimpulkan dari data satelit lama bahwa Polynya serupa mungkin telah terbuka pada 1988 dan 2004.

“Bagian utara dari Pulau Ellesmere sulit untuk memindahkan es atau mencairkannya hanya karena tebal, dan ada cukup banyak,” kata penulis utama studi Kent Moore, seorang peneliti Arktik di University of Toronto-Mississauga, dalam sebuah pertanyaan, dilansir dari Space, Ahad (24/10).

“Jadi, secara umum kita belum pernah melihat bentuk Polynya di wilayah itu sebelumnya,” ujarnya.

Arktik yang Berubah

Ketebalan es laut di lepas pantai utara Pulau Ellesmere biasanya lebih dari 13 kaki (empat meter) dan memiliki usia rata-rata lima tahun. Namun, area es terakhir atau last ice area Arktik ini terbukti rentan terhadap pemanasan cepat yang terjadi di garis lintang utara.

Studi menunjukkan pada musim panas 2020, Laut Wandel, atau bagian timur wilayah “es terakhir”, kehilangan setengah dari es di atasnya. Studi lain pada 2021 menunjukkan bahwa lengkungan es yang menghubungkan es laut yang stabil dengan Greenland terbentuk kemudian dan mencair lebih cepat setiap tahun.

 

Sekarang, para peneliti mengatakan daerah es terakhir dapat mencair sepenuhnya setiap musim panas pada akhir abad ini. Ini menandakan akhir bagi hewan yang bergantung pada es laut sepanjang tahun, seperti beruang kutub.

Polynya adalah pertanda buruk lainnya untuk Last Ice Area. Polynya adalah retakan di es laut yang sering terbuka saat badai, ketika angin menggerakkan es. Ada badai kuat di utara Pulau Ellesmere pada 2020, dan citra satelit menunjukkan retakan sempit yang panjang, terbentuk pada 14 Mei.

Pada 15 Mei, retakan sempit yang panjang telah berevolusi menjadi polynya berbentuk elips, sekitar 62 mil (100 kilometer), serta panjang dan lebar 18,6 mil (30 km). Pada 26 Mei, polynya ditutup dengan cepat.

Perairan Terbuka

Para peneliti melihat kembali kumpulan data satelit yang lebih tua yang mencatat konsentrasi es laut. Mereka menemukan bahwa polynya kemungkinan terbuka di daerah itu pada Mei 1988, meskipun citra satelit sejak saat itu tidak cukup tajam untuk membedakan banyak bentuk atau ukuran bukaan tersebut.

Polynya kedua kemungkinan terjadi pada Mei 2004. Angin selama peristiwa 2004 lebih kuat dari pada 1988 atau 2020, tetapi polynya 2004 lebih kecil dari pembukaan 2020. Ini mungkin karena es telah menipis sejak 2004, yang berarti bahwa angin yang lebih lemah dapat menciptakan bukaan yang lebih lebar.

“Pembentukan polynya di daerah itu sangat menarik,” kata David Babb, peneliti es laut di University of Manitoba di Kanada, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut dalam pernyataannya.

“Ini seperti retakan pada perisai lapisan es padat yang biasanya ada di daerah itu. Jadi, itu terjadi juga sangat menyoroti bagaimana Arktik berubah,” ujarnya.

Moore mengatakan di masa depan, polynya mungkin lebih sering terbuka saat es terakhir Arktik Dalam jangka pendek, area terbuka ini dapat menjadi oasis bagi kehidupan: Sinar matahari menyinari air laut, memungkinkan lebih banyak fotosintesiis alga, yang menarik ikan dan krustasea.

Hewan-hewan ini, pada gilirannya, menarik burung laut, anjing laut dan beruang kutub, tambahnya. Tapi ledakan kehidupan ini hanya sementara.

 

“Dalam jangka panjang, saat es mencair dan bergerak ke lepas pantai dan spesies seperti walrus dan burung laut kehilangan akses ke sana, kita kehilangan manfaat itu,” kata Moore.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler