Mengorok Seperti Apa yang Membahayakan Nyawa?

Tidak selamanya mendengkur aman-aman saja bagi orang yang mengalaminya.

Republika
Mengorok merupakan pertanda tidur tidak nyenyak.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah Anda atau keluarga ada yang mengorok saat tidur? Bukan pertanda tidur nyenyak, mendengkur justru mengisyaratkan bahwa tidur seseorang kurang berkualitas.

Dr Fauziah Fardizza SpTHT-KL(K) menjelaskan, tidur merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk menjaga kesehatan dan imunitas Anda. Namun, harus tidur yang berkualitas.

"Mendengkur merupakan salah satu gejala dari obstructive sleep apnea (OSA)," kata dokter spesialis telinga, hidung, tenggorok (THT), bedah kepala, dan leher ini dalam diskusi media yang digelar secara virtual, Kamis (28/10).

OSA adalah gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur akibat sumbatan jalan napas dan otot di belakang tenggorokan. Menurut Fauziah, mendengkur memang tidak selalu berbahaya.

Di sisi lain, mengorok yang berbahaya bisa diibaratkan sebagai fenomena gunung es. Sebab, ketika tidur orang tidak memperhatikan, apalagi kalau tidur sendiri.

"Berbahaya jika ketika mendengkur ternyata diikuti dengan henti napas," ujar Fauziah yang juga konsultan laring faring ini.

Baca Juga



Saat mendengkur, proses tidur yang berkualitas tidak terjadi. Alhasil, perbaikan sel-sel terganggu, termasuk sistem imun.

"Dalam tidur ada fase deep sleep, di mana sistem imun meningkat, tapi jika tidurnya tidak berkualitas, maka proses perbaikan imun tidak terjadi," ungkapnya.

Mengorok bukanlah tanda tidur nyenyak. - (Republika)

Lalu, benarkah mendengkur bisa sebabkan kematian? Menurut Fauziah, kondisi OSA dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen di dalam tubuh. Badan menjadi stres dan bereaksi. Salah satunya jantung berdebar lebih cepat dan pembuluh darah menyempit.

"Ketika oksigen di dalam badan tidak cukup, otak kita akan langsung bereaksi dan menginstruksikan jantung untuk memompakan oksigen yang ada di dalam darah untuk dipompa dengan cepat," jelas Fauziah.

Jantung pun akan berdebar dengan cepat. Akibatnya, tekanan darah jadi tinggi, nadi cepat, volume darah tinggi, dan ada proses inflamasi atau peradangan juga stres.

"Serangan jantunglah yang menyebabkan kematian mendadak pada sleep apnea," ungkap Fauziah yang praktik di RS Pondok Indah-Pondok Indah, Jakarta Selatan ini.

Henti napas atau OSA tidak terus-terusan terjadi. Namun, serangan jantunglah yang menyebabkan kematian pada penderita OSA.

Pada 2010, American Journal Respiratory and Critical Care Medicine menyebutkan OSA meningkatkan strok sekitar dua sampai tiga kali. Sebelumnya, pada 2007, Yale School of Medicine memperingatkan OSA meningkatan risiko serangan jantung atau kematian sebesar 30 persen dalam periode waktu empat sampai lima tahun.

Pada 2013, Journal of the American College of Cardiology mengungkap, penderita OSA mempunyai risiko tinggi kematian akibat komplikasi jantung. Penelitian ini menemukan OSA dapat meningkatkan kematian akibat serangan jantung.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler