Studi Tunjukkan Penurunan Drastis Efektivitas Vaksin

Menurut studi, efektivitas vaksin turun antara 35 hingga 85 persen.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Menurut studi, efektivitas vaksin turun antara 35 hingga 85 persen.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika varian Delta menjadi jenis virus corona yang dominan di seluruh Amerika Serikat, ketiga vaksin Covid-19 yang tersedia untuk orang Amerika kehilangan sebagian kekuatan perlindungannya. Menurut sebuah studi baru, kemanjuran vaksin di antara sekelompok besar veteran turun antara 35 hingga 85 persen.

Baca Juga


Pada Maret lalu, para ilmuwan meneliti hampir 800 ribu veteran AS. Mereka menemukan bahwa ketika varian Delta mulai berkembang di seluruh komunitas Amerika, ketiga vaksin itu memiliki kemampuan yang sama untuk mencegah infeksi. 

Namun selama enam bulan berikutnya, Los Angeles Times melaporkan, dikutip Senin (8/11), kemampuan itu berubah secara dramatis. Pada akhir September, vaksin Covid-19 dua dosis Moderna hanya efektif 58 persen dari yang diukur efektif 89 persen pada Maret.

Efektivitas suntikan yang dibuat oleh vaksin Pfizer dan BioNTech, yang juga menggunakan dua dosis, juga turun dari 87 persen menjadi 45 persen pada periode yang sama. Namun, yang paling mengejutkan, kekuatan perlindungan dari vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson turun dari 86 persen menjadi hanya 13 persen selama enam bulan. Temuan itu dipublikasikan di jurnal Science.

Ketiga vaksin itu memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mencegah kematian akibat Covid-19. Namun, ketika varian Delta mulai menyebabkan lonjakan infeksi dan kematian selama tiga bulan, ternyata efektivitas vaksinasi menunjukkan kesenjangan yang lebar.

Veteran yang mendapatkan vaksin Moderna ternyata 76 persen lebih kecil kemungkinannya meninggal karena Covid-19 dibandingkan dengan veteran yang tidak divaksinasi pada usia yang sama. Sementara, veteran yang mendapatkan vaksin Pfizer-BioNTech dan mengalami infeksi mutasi ternyata 70 persen lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal daripada rekan-rekan mereka yang tidak divaksinasi.

Untuk veteran di bawah 65 tahun, vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna memberikan perlindungan terbaik terhadap kasus fatal Covid-19, masing-masing sebesar 84 persen dan 82 persen. Ketika veteran diinokulasi dengan vaksin J&J menderita infeksi mutasi, maka mereka 73 persen lebih kecil kemungkinannya meninggal karena Covid-19 daripada rekan-rekan mereka yang tidak divaksinasi.

Perwakilan Johnson & Johnson tidak segera menanggapi permintaan untuk membahas temuan studi itu. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS telah merekomendasikan suntikan booster untuk semua orang yang mendapatkan vaksin Johnson & Johnson, setidaknya dua bulan sebelumnya.

Booster juga direkomendasikan enam bulan setelah dosis kedua vaksin Moderna atau Pfizer, untuk semua orang yang berusia 65 tahun ke atas, orang yang memiliki kondisi medis tertentu, dan bagi mereka yang tinggal di panti jompo atau pengaturan kelompok lainnya, serta yang tinggal atau bekerja di lingkungan berisiko tinggi seperti rumah sakit atau penjara. Selain itu, semua orang dengan sistem kekebalan yang lemah disarankan mendapatkan suntikan booster jika sudah setidaknya 28 hari sejak vaksin lengkap.

Studi baru ini menawarkan perbandingan paling komprehensif tentang bagaimana kinerja ketiga vaksin di seluruh negara pada tahun ini. Itu melacak 780.225 veteran angkatan bersenjata AS dari 1 Februari hingga 1 Oktober 2021. Hampir 500 ribu dari mereka telah divaksinasi, sementara hanya di bawah 300 ribu yang belum.

Berasal dari seluruh negeri, semuanya didata oleh sistem terpadu Departemen Veteran Amerika Serikat (VA), yang menyediakan layanan kesehatan bagi 2,7 persen populasi AS. Sementara, kelompok yang diteliti beragam secara etnis dan ras, pencatatan yang diandalkan oleh para peneliti seragam.

Penulis utama studi, Barbara Cohn mengatakan selain perbandingan vaksin Covid-19, analisis kelompok itu memberikan pandangan untuk membuat keputusan yang tepat seputar vaksinasi primer, suntikan booster, dan berbagai lapisan perlindungan lainnya. Itu termasuk anjuran masker, pengujian virus corona, dan tindakan kesehatan masyarakat lainnya yang bertujuan melawan penyebaran virus.

'Bukti kuat dari penurunan daya vaksin harus mendorong negara bagian dan lokal dengan populasi yang sangat divaksinasi untuk mempertimbangkan mempertahankan anjuran masker," ujar Cohn.

Temuan ini sangat mendukung rekomendasi CDC baru-baru ini bahwa semua penerima vaksin J&J mendapatkan booster. Studi itu menyimpulkan bahwa varian Delta yang menyeabkan gelombang infeksi dan kematian di seluruh negeri pada musim semi dan musim panas ini, kemungkinan merupakan faktor yang paling mengikis perlindungan vaksin.

Peneliti lain telah menemukan bukti serupa tentang penurunan efektivitas vaksin. Namun, mereka menyarankan pertahanan sistem kekebalan terhadap virus SARS-CoV-2 memudar seiring waktu, dan efektivitas vaksin yang berkurang kemungkinan terlihat atau tanpa kedatangan jenis baru yang lebih menular. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler