PKS Prihatin Masih Ada Kelompok Merasa Paling Pancasilais
"Prihatin terjadi pembelahan di masyarakat di antara anak bangsa," kata Salim.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Majelis Syuro PKS, Salim Segaf Aljufrie, mengaku prihatin dengan pembelahan yang terjadi di masyarakat beberapa tahun terakhir. Hal tersebut disampaikan Salim dalam acara dialog kebangsaan bertajuk 'Bela Negara Tanggung Jawab Bersama' di Kantor DPP PKS, Rabu (10/11).
"Terus terang prihatin terjadi pembelahan di masyarakat di antara anak bangsa ini," kata Salim, Rabu.
Apalagi, dikatakan Salim masih ada kelompok yang merasa paling Pancasilais dibanding kelompok lain. "Satu kelompok merasakan saya lah yg paling pancasilais, saya lah yang sangat cinta kepada NKRI. Dan bukan hanya itu, mengatakan kelompok yang lain tidak pancasilais dan tidak NKRI," ujarnya.
Menurutnya, kondisi tersebut tidak boleh dibiarkan. Jika hal itu terus terjadi maka yang rugi bangsa Indonesia. Ia berharap momentum peringatan Hari Pahlawan menjadi bahan refleksi bagi semua anak bangsa untuk merajut persatuan.
"Semestinya kita tidak hanya mendengar saja, saya berharap ada dialog dan memanggil mereka-mereka tersebut, menyadarkan satu dengan yang lain," tuturnya.
Sementara itu, Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu, yang juga menjadi pembicara dalam agenda tersebut mengungkapkan, bela negara sebagai fondasi untuk menjadi daya tangkal menghadapi berbagai ancaman. Ia menuturkan, bela negara menjadi bagian dari karakter jati diri bangsa untuk membangun daya tangkal menhdapai berbagai ancaman yang mengancam bangsa.
"Bela negara merupakan tekad sikap merupakan perilaku bela negara yang menjadi bagian dari karakter jati diri bangsa, kesadaran bela negara penting menjadi landasan sikap dan perilaku bangsa Indonesia untuk membangun daya tangkal bangsa untuk menghadapi ancncaman," tutur Ryamizard.
Mantan kepala Staf Angkatan Darat itu juga menjelaskan ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia selain ancaman fisik juga ancaman non fisik. Ryamizard menegaskan, ideologi komunisme masih terus diwaspadai kebangkitannya.
"Disamping ancaman fisik kita juga menghadapi ancaman non fisik, khususnya kepada ideologi Pancasila yang mengancam keutuhan nasional, ancaman berupa serangan ideologis, diantaranya liberal, komunis, sosialis dan radikalisme agama," kata dia.
"Memang PKI sudah bubar, tapi ancaman itu harus diwaspadai, paling tidak mewapsadai balas dendam, saya ketika jadi Menhan terus mewaspadai itu, ancaman ideologis ini yang saya sebut sebagai perang modern," imbuhnya.