Mencari Oase di Gurun Pandemi yang Mungkin akan Pergi

Pandemi covid-19 memberikan dampak besar bagi kehidupan manusia

Pandemi Covid-19
Rep: Fauzan Hidayat Red: Retizen

Artikel ini akan mengambil tiga sudut pandang dalam menyikapi keberadaan pandemi masa kini, yaitu : Pemerintah, Masyarakat dan Individu.


###

Jauh sebelum adanya Covid-19, wabah mematikan dengan segala anekanya telah dikenal oleh umat manusia. Dikutip dari Kompas.com Edisi 22/03/2020, terdapat beberapa jenis pandemi yang pernah melanda dunia, diantaranya adalah : wabah justinian (abad ke 6), Black Death (1347-1351), Cacar (1942), Flu Babi (2009) dan Ebola (2014)

Setelah wabah justinian yang menewaskan hingga 50 juta jiwa itu pergi, Justinianus dipersalahkan karena tidak mampu menyatukan kembali bagian timur dengan bagian barat kekaisaran romawi. Bizantium pun direbut oleh kekaisaran lain. Tapi, ketika wabah Black Death pergi, angka perbudakan menurun drastis. 25 juta orang meninggal karenanya.

Wabah cacar pun telah menewaskan 20 juta lebih nyawa manusia. Namun pandemi itu justru semakin memudahkan orang-orang Eropa untuk mengenspansi wilayah baru. Sementara flu babi dengan kematian mencapai 600 ribu jiwa itu kemudian memberikan pelajaran bahwa betapa cepat virus menyebar. Pemerintah dituntut lebih responsif dalam menghadapi wabah di masa depan. Sementara ebola telah menewaskan 11 ribu jiwa yang menurunkan investasi di negara terdampak.

Berdasarkan peristiwa pandemi yang telah berlalu tersebut, dapat dirangkum 4 (empat) hal yang berubah setelah wabah itu pergi, yaitu : Politik, Ketenagakerjaan, Kesehatan dan Investasi.

Refleksi wabah masa lalu dalam pandemi saat ini

Kita pun dapat merefleksikan empat hal tersebut dengan apa yang terjadi di Indonesia. Pertama, politik. kegagalan pemerintah dalam penanganan covid-19 ini adalah momen yang ditunggu-tunggu lawan politik/opisisi yang ada. Karena dengannya akan menjadi senjata bagi oposisi untuk menggulingkan pemerintahan yang ada. Sebaliknya, keberhasilan pemerintah dalam menangani wabah ini pula akan menjadi alasan terbesar bagi rezim untuk "mengenspansi" menuju tiga periode.

Kedua, ketenagakerjaan. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pengangguran Indonesia per agustus 2020 meningkat 2,67 juta orang. Artinya, jumlah angkatan kerja yang menganggur mencapai angka 9,77 juta dari 139 juta orang (angkatan kerja). Sektor-sektor ketenagakerjaan yang mengalami pengangguran tersebut tentunya terkecuali dari jenis pekerjaan yang tetap eksis di masa pandemi. Dikutip dari laman cnnindonesia.com Edisi 02/07/2020 bahwa ada 10 (sepuluh) jenis pekerjaan yang masih laku di masa pandemi, yaitu : tenaga kesehatan, guru privat, psikolog, kurir barang dan makanan, staf e-commerce, freelancer, programmer, akuntan publik, pekerja konstruksi dan produsen masker kain.

Ketiga, Kesehatan. Tentu saja, kesehatan menjadi hal yang sangat fundamental di era pandemi. Dikutip dari laman kemenkeu.go.id Edisi 06/07/2021, bahwa per bulan juli 2021 anggaran di sektor kesehatan mencapai angka Rp 193 triliun. Anggaran tersebut nantinya akan dimanfaatkan untuk testing dan tracing hingga insentif tenaga kesehatan, santunan kematian, obat serta alat pelindung diri. Dengan demikian, sektor kesehatan menjadi yang paling berpengaruh di masa pandemi dan tentu akan tetap bertahan saat pandemi berakhir.

Keempat, investasi. Dikuti dari laman investindonesia.go.id, disebutkan bahwa berdasarkan hasil forcasting dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Indonesia akan kegilangan nilai investasi sebesar Rp 172 triliun akibat covid-19. Adapun sektor yang paling terdampak adalah pariwisata. Sebab kebijakan beberapa negara yang menutup akses perbangan internasional sehingga membuat kunjungan ke Indonesia menjadi anjlok. Oleh karenanya, di masa depan penting bagi pelaku investasi untuk senantiasa menjaga, mengalisa dan mengikuti serta menjadi adaptif terhadap perkembangan covid-19 baik secara lokal maupun global.

Perilaku Sosial dan Cara menyikapinya

Covid-19 telah mengubah perilaku sosial masyarakat dengan drastisnya. Dikutip dari Insider.com Edisi 18/07/2020, beberapa hal yang saat ini berubah dan diprediksi tidak lagi akan menjadi kebiasaan manusia sejak adanya pandemi covid-19, adalah : berjabat tangan, mencuci tangan, memegang kartu atau bertukar uang, berbagai botol minuman, menggunakan toilet umum, makan direstoran prasmanan, melakukan perjalanan, pergi ke tempa indoor yang ramai, meniup lilin dan kue ulang tahun serta berenang di kolam renang umum.

Perubahan perilaku sosial tersebut kiranya tidak mempengaruhi kedekatan emosional, hubungan kekeluargaan dan silaturahmi antar sesama. Tenggang rasa dan saling menghormati sesama warga Indonesia hendaknya tetap terpatri dalam jiwa dan raga. Kemerdekaan telah direbut oleh para leluhur dengan darah dan air mata. Kita, para generasi penerus bangsa diamanahkan untuk mengisi kemerdekaan itu dengan persatuan dan kesatuan dalam bingkai bhinneka tunggal ika.

Mesti jabat tangan tidak lagi menjadi tradisi, berkumpul dan bercengkrama pun tidak seperti dulu lagi; tetap saja kita akan mengerti dengan keadaan ini. Kita akan memahami bahwa rasa cinta dan kasih sayang sesama anak bangsa tidak akan mati sebab berubahnya cara kita menjalani kehidupan ini.

Survivor dalam menghadapi kejamnya pandemi

Covid-19 kini pun telah menewaskan 4,7 juta lebih manusia (worldometers.info Edisi 25/09/2021). Tidak ada yang mengetahui kapan pandemi ini akan berakhir. Namun yang pasti, Covid-19 telah memberikan dampak buruk terhadap berbagai sektor, seperti : hotel dan pariwisata, penerbangan, MICE (Meetings, Incentives, Conferences, Exhibitions), Resto, Olahraga serta Mal dan Ritel (Idxchannel.com Edisi 17/11/2020).

Pailit dan PHK menjadi hal yang lumrah bagi sektor-sektor terdampak tersebut. Namun, kehidupan adalah hal yang mesti untuk dijalani. Bagi orang yang mampu untuk survive, dia akan bermanuver dengan segala potensi yang dimiliki. Keadaan yang sedemikian sempit memaksanya untuk mampu melawan arah dan lihai dalam mengendalikan keadaan.

Keadaan itu dikendalikan dengan menganalisa secara jeli terhadap fenomena yang terjadi saat dan pasca pandemi. Bagi orang yang terdampak buruk akibat pandemi akan melihat celah dan ruang-urang yang kosong untuk diisi guna mendapatkan sesuap nasi dan seuntai rezeki. Celah dan ruang itu ada pada sektor industri yang bertahan dan eksis di masa pandemi.

Dikutip dari Bisnis.com Edisi 20/07/2020, terdapat empat sektor industri yang akan bertahan dan diprediksi terus berkembang disaat pandemi juga setelah pandemi, yaitu : pangan, farmasi, rumah sakit serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Mereka sang pengendali keadaan itu akan masuk ke dalam ruang-ruang itu. Mereka akan mencari pekerjaan pada sektor industri yang bertahan tersebut. Mereka juga mengerahkan para generasi yang terlahir dari rahim sang istri tercinta untuk menjatuhkan pilihan pada jurusan-jurusan yang adaptif terhadap perkembangan zaman utamanya pandemi sebagai bekal untuk menghadapi hari esok yang mungkin lebih pahit. Jurusan adaptif itu ada pada fakultas-fakultas seperti : Pertanian dan Perkebunan, Farmasi, Kedokteran, Kesehatan dan Teknologi; nantinya akan menjadi pilihan favorit para calon mahasiswa.

Epilog

Akhirnya, menyikapi pandemi yang mungkin akan pergi haruslah berangkat dari sudut pandang yang komprehensif, yaitu : pemerintah, masyarakat dan individu. Kita harus mampu belajar dari sejarah wabah yang telah berlalu serta dampak yang timbul akibatnya. Kemudian kita mencari beberapa titik poin sebagai landasan untuk mengambil kebijakan yang tepat bagi keselamatan dan kesejahteraan rakyat. Sebagai masayrakat Indonesia yang tidak lepas dari hubungan kekerabatan yang kental dengan budaya ketimuran, kita mesti dengan lapang dada menerima keadaan yang mengubah pola hidup yang tak lagi kenal jabat tangan dan kesebersamaan secara fisik seperti dulu. Selaku individu warga Indonesia yang terkena dampak pandemi, kita mesti mampu untuk menentukan langkah dengan cerdas, mencari celah untuk mendapatkan kembali rupiah yang saat ini menjadi barang langka sebab maraknya PHK.

Semoga pandemi segera pergi, cukup, dan jangan pernah kembali lagi. Aamiin

sumber : https://retizen.id/posts/14482/mencari-oase-di-gurun-pandemi-yang-mungkin-akan-pergi
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler