Hoaks Terkini Covid-19: Donor Organ-Jepang Pilih Ivermectin

Isu hoaks sebut Jepang hentikan program vaksinasi, pilih ivermectin untuk Covid-19.

EPA
Media sosial (ilustrasi). Isu hoaks Covid-19 banyak tersebar di Facebook.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Kementerian Kominfo, Dedy Permadi, mengungkap beberapa contoh isu hoaks seputar Covid-19 sepanjang sepekan terakhir. Dari total 16 isu konten hoaks yang bertambah sejak tanggal 11 November hingga 18 November 2021, ada disinformasi mengenai poster Covid-19 yang mengajak para orang tua untuk menyumbangkan organ anak-anak mereka pada 11 November 2021.

"Padahal, poster tersebut merupakan hasil altrasi dan tidak benar sama sekali," kata Dedy dalam siaran pers "Menolak Hoaks Covid-19" pada Kamis.

Pada tanggal yang sama juga tersebar berita palsu mengenai negara Jepang yang memutuskan untuk menghentikan program vaksinasi Covid-19. Jepang disebut memilih ivermectin sebagai obat yang dapat menghentikan penyakit Covid-19 dalam semalam.

"Pada 13 November 2021 telah beredar hoaks unggahan di media sosial Facebook yang mengklaim orang yang disuntik vaksin cenderung mengalami perubahan mental dan fisik," ujar Dedy.

Pada tanggal yang sama pun muncul narasi video yang beredar di media sosial berupa potongan video berbahasa asing yang mengklaim bahwa tes swab Covid-19 adalah vaksinasi yang terselubung. Sedangkan untuk tanggal 16 November2021, isu yang beredar adalah istri CEO Pfizer, salah satu perusahaan manufaktur vaksin Covid-19 meninggal dunia akibat komplikasi vaksin.

"Pandemi masih ada, virus pun masih mengintai kita semuanya, namun dengan menghentikan persebaran hoaks Covid-19, melakukan literasi digital, semangat melakukan vaksinasi serta melakukan protokol kesehatan bersama, kita mampu menekan persebaran Covid-19 ini," kata Dedy.

Menurut Dedy, terdapat sebanyak 1.991 isu hoaks Covid-19 pada 5.131 unggahan media sosial selama kurun waktu 23 Januari 2020 hingga 18 November 2021. Isu hoaks Covid-19 tersebut tersebar di Facebook dengan sejumlah 4.432 unggahan dan pemutusan akses telah dilakukan pada 5.004 unggahan dan 127 unggahan lainnya sedang ditindaklanjuti.

"Kedua, untuk isu hoaks vaksinasi Covid-19 terdapat 390 isu pada 2.425 unggahan media sosial dengan jumlah sebaran terbanyak pada Facebook sebanyak 2.233. Pemutusan akses telah dilakukan terhadap 2.425 unggahan tersebut," ujar Dedy.

Untuk isu terkait hoaks Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), terdapat sebanyak 48 isu pada 1.167 unggahan media sosial dengan sebaran terbanyak pada Facebook sebanyak 1.149. Pemutusan akses dilakukan terhadap 1.003 unggahan dan 164 unggahan lainnya sedang ditindaklanjuti.

Hoaks CEO Pfizer ditangkap

Baca Juga


Kabar tentang penangkapan CEO Pfizer Albert Bourla menyebar di media sosial sejak Sabtu (6/11). Klaim tersebut muncul menyusul pemberitaan ConservativeBeaver.com yang berjudul "CEO Pfizer Ditangkap, Dituntut karena Penipuan".

Menurut klaim yang belakangan diketahui sebagai kabar bohong tersebut, Bourla dikabarkan ditangkap oleh FBI di rumahnya yang berlokasi di pinggiran Scarsdale, New York, Amerika Serikat pada Jumat pagi waktu setempat. Tagar #PfizerGate pun menjadi trending, sementara media arus utama dituduh bungkam karena sudah disuap.

Conservative Beaver menyebut, medianya berbasis di Kanada dan tak tunduk dengan hukum Amerika Serikat. Media tersebut mengaku tidak terjamah oleh pembungkaman yang diperintahkan oleh polisi dan disetujui oleh hakim Amerika Serikat.

Tangkapan layar laman Conservative Beaver yang mengabarkan CEO Pfizer Albert Bourla ditangkap FBI. - (Tangkapan layar)

"CEO Pfizer Albert Bourla ditangkap FBI di kediamannya di kawasan mewah pinggir Scarsdale, New York, Jumat pagi. Dia menghadapi tuntutan berlapis untuk kasus penipuan. Bourla kini ditahan sambil menunggu persidangan pembebasan dengan jaminan. Petugas federal tengah menanti terbitnya surat penggeledahan rumahnya dan beberapa properti lain milik Bourla di berbagai penjuru negeri," demikian petikan tulisan di website ConservativeBeaver.com.

Menurut ConservativeBeaver.com, Bourla menghadapi tuntutan atas perannya menipu konsumen mengenai efektivitas vaksin Covid-19. Dalam artikel yang diklaim "eksklusif" itu, Pfizer disebut mendapat tuduhan memalsukan data dan memberikan suap dengan nilai besar kepada pemerintah dan media arus utama agar tutup mulut.

Melengkapi pemberitaannya, ConservativeBeaver.com memasukkan petikan pernyataan petugas FBI yang namanya tidak disebutkan. Media tersebut menuliskan, petugas FBI itu menyatakan bahwa perusahaan farmasi asal Amerika Serikat itu berbohong tentang efektivitas vaksinnya dan mengelabui konsumen mengenai efek samping serius yang bisa ditimbulkan vaksinnya.

Ini bukan kali pertama CEO Pfizer dirundung hoaks. Pada Agustus, rencana perjalanannya ke Israel disebut dibatalkan gara-gara tidak divaksinasi.

Pemberitaan ConservativeBeaver.com terbantahkan oleh Snopes, website cek fakta. Menurut Snopes, artikel itu bukan berita yang sebenarnya.

CEO Pfizer Albert Bourla diserang hoaks oleh Conservative Beaver. - (EPA)

"Conservative Beaver memublikasikan campuran komentar berita dan hoaks konspirasi," tulis Snopes.

Menurut Snopes, Conservative Beaver juga pernah menerbitkan kabar fiktif yang menyebut aktor Alec Baldwin ditangkap setelah terlibat kasus pornografi anak. Mengenai penangkapan Bourla, Snopes menunjukkan bahwa pada hari yang sama dengan pemberitaan Conservative Beaver, CEO Pfizer itu terlihat tampil di beberapa TV, termasuk CNN.

Pada Jumat (5/11), dalam wawancaranya dengan CNN dan CNBC, Bourla menginformasikan pil baru Pfizer yang disebut menjanjikan untuk mengatasi Covid-19. Snopes menyebut, media arus utama memang tak ada yang memberitakan kabar penangkapan Bourla lantaran itu tidak terjadi.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler