Dalih Laju Vaksinasi Turun di Tengah Melimpahnya Stok Vaksin
Ada hal yang jadi penyebab penurunan laju suntikan di bawah dua juta dosis per hari.
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fauziah Mursid, Dessy Suciati Saputri
JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengakui menurunnya laju vaksinasi dalam tiga pekan terakhir. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut, ada beberapa hal yang menjadi penyebab penurunan laju suntikan di bawah dua juta dosis per hari, salah satunya karena masyarakat ragu menggunakan vaksin selain Sinovac.
Budi mengatakan, masyarakat selama ini terbiasa dengan vaksin Sinovac, sehingga masih ragu terhadap vaksin lainnya seperti Pfizer, AstraZeneca, dan lainnya. “Tiga minggu terakhir ini terjadi penurunan laju suntikan yang tadinya konsisten di atas dua juta, sudah ada penurunan, ini disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah karena memang Sinovac vaksinnya sudah mulai menurun, diganti oleh Astrazeneca dan Pfizer,” ujar Menkes dalam konferensi persnya secara daring, Senin (22/11).
Budi memastikan, vaksin Pfizer dan juga AstraZeneca sama amannya dengan Sinovac. Justru, kata dia, Pfizer dan AstraZeneca memiliki efikasi lebih tinggi dibandingkan Sinovac. “Tapi karena baru, masyarakat masih ragu untuk menggunakannya,” ujar Budi.
Karena itu, Budi meyakinkan masyarakat jika semua vaksin telah melalui proses sehingga aman untuk digunakan. Ia juga mengimbau masyarakat yang belum divaksin untuk mau divaksin menggunakan vaksin apapun yang tersedia.
“Tolong didorong agar semua masyarakat kita yang belum divaksin terutama para lansia, tetap mau dan nyaman divaksin apapun vaksinnya, AstraZeneca, Pfizer, atau Moderna. Memang ada demam, sama seperti kita waktu kecil divaksin cacar juga ada demam, tidak usah khawatir, vaksin-vaksin ini sudah terbukti aman, tidak usah ragu-ragu untuk segera divaksin,” kata Budi.
Ia mengingatkan, vaksinasi menjadi salah satu strategi pengendalian Covid-19 yang efektif untuk menciptakan kekebalan kelompok. Karena itu, ia meminta semua pihak mendukung upaya percepatan vaksinasi Covid-19 demi mencegah lonjakan kasus Covid-19. “Jangan sampai yang terjadi di Eropa bisa terjadi di Indonesia,” katanya.
Menkes menambahkan, total vaksin yang dimiliki Indonesia saat ini sebanyak 287 juta dosis. Dari jumlah tersebut, 273 juta vaksin sudah dikirim ke daerah-daerah dan sebanyak 225 juta vaksin sudah disuntikkan ke masyarakat. “Jadi ada 50 juta stok yang ada di daerah-daerah, itu cukup untuk satu bulan 50 juta itu,” ujar Budi.
Budi mengatakan, 225 juta vaksin telah disuntikkan dengan rincian 134,5 juta orang disuntik dosis pertama dan 89,3 juta orang sudah mendapat dosis kedua. Sementara, untuk vaksinasi lansia kini capaiannya sudah lebih dari 50 persen. Kenaikan ini dipicu karena vaksinasi lansia menjadi salah satu syarat kenaikan level PPKM.
“Kita waktu dulu masih baru 40 persen yang divaksinasi, sekarang secara total lansia sudah 50 persen dan 12 provinsi sudah lebih dari atas 50 persen,” katanya.
Ia mengungkap, beberapa daerah seperti Banten, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Kalimantan Utara juga sudah menembus angka 50 persen. “Jadi sejak angka vaksinasi lansia 50 persen dipakai sebagai syarat naik PPKM itu jadi kencang sekali, jadi terima kasih,” kata Budi.
Budi menyebut, Indonesia saat ini akan lebih banyak menerima vaksin donasi dari luar negeri. Karena produksi vaksin di negara maju sudah berlebih untuk digunakan sendiri. “Dan paling banyak kita terima dalam jenis vaksin Pfizer dan Moderna. Oleh karena itu penting sekali bapak ibu sekali lagi tolong disosialisasikan agar rakyat kita juga nyaman disuntikkan Pfizer dan Moderna karena ini sebenarnya vaksin yang baik dan efikasinya tinggi,” katanya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta seluruh kementerian dan lembaga agar memiliki frekuensi yang sama dalam mengantisipasi lonjakan kasus selama liburan Natal dan tahun baru (Nataru) nanti. Ia menegaskan, agar seluruh pihak tak terjebak pada ego sektoral serta mengutamakan koordinasi dan kerja sama.
“Saya minta seluruh kementerian/lembaga frekuensinya sama dalam menghadapi bulan Desember 2021 ini. Sekali lagi, memiliki frekuensi yang sama, jangan terjebak pada ego sektoral, utamakan kerja sama, utamakan koordinasi sehingga kelihatan bahwa kita miliki frekuensi sama,” ujar Jokowi.
Jokowi menyebut, dalam sepekan terakhir ini, kasus aktif di Indonesia tercatat mengalami penurunan sebesar 892 kasus dari 9.018 kasus pada 14 November menjadi 8.126 kasus di 21 November. Sedangkan pada penambahan kasus baru rata-rata mencapai 362 kasus tiap harinya. “Dan kita sebentar lagi juga akan masuk libur Natal tahun baru yang kita tau pada saat ini kasus Covid di Eropa semuanya naik,” tambah dia.
Selain itu, Presiden juga menginstruksikan Menkes agar menyiapkan langkah antisipasi terjadinya gelombang ketiga. Ia meminta Menkes untuk memastikan kesiapan rumah sakit jika terjadi lonjakan pasien selama akhir tahun nanti serta melakukan pemetaan situasi di daerah yang berpotensi terjadi lonjakan kasus.
Terkait vaksinasi Covid-19, Jokowi meminta agar target yang telah diberikan yakni 70 persen masyarakat tervaksinasi di akhir tahun dapat tercapai. Ia juga meminta agar pemerintah serta TNI dan Polri proaktif melakukan jemput bola kepada masyarakat terutama pada kelompok lansia guna mempercepat program vaksinasi.
“Dan saya melihat door to door yang dilakukan oleh BIN juga baik, karena yang diambil yang divaksin adalah yang lansia dan kita harapkan terutama untuk pemda yang masih rendah vaksinasinya kita agar diberikan bantuan secara khusus,” kata Jokowi.