Apa yang Salah dengan Banjir Bandang Kota Batu?

Belasan warga dilaporkan hilang, dan beberapa di antaranya ditemukan meninggal dunia.

dok. BNPB
Banjir bandang menerjang Kota Batu dan Malang, Jawa Timur, setelah hujan intensitas tinggi mengguyur wilayah hulu Sungai Brantas, Kamis (4/11), pukul 14.00 WIB. Sebanyak 15 warga dilaporkan hanyut. 
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Andi Nur Aminah

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Awal November 2021, tersebar video viral menggambarkan dahsyatnya banjir bandang yang membawa potongan kayu, ranting pohon, dan lumpur menyapu aliran sungai-sungai di Kota Batu, Jawa Timur. Tak hanya satu, tapi lebih dari lima video menyebar dari satu grup WhatsApp ke grup lain. Termasuk media sosial lain, seperti Twitter, Facebook, Instagram hingga postingan-postingan status pribadi.

Baca Juga


Dahsyat memang, tak hanya pohon, batu dan lumpur yang berserakan, tapi aliran sangat deras juga membuat mobil, sepeda motor bahkan hewan ternak terseret arus. Peristiwanya terjadi 4 November 2021, sekitar pukul 13.00 WIB. 

Saat itu, tidak lama setelah setelah hujan mengguyur sangat deras. Imbasnya juga beberapa unit rumah dilaporkan rusak. Bahkan, belasan warga dilaporkan hilang, dan beberapa di antaranya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.

Berdasarkan laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu, kronologi peristiwa diawali hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur dan menyebabkan delapan titik lokasi di wilayah setempat tergenang banjir bandang. Dari tiga kecamatan yang masuk wilayah geografis Kota Batu, sebagian desa terdampak. Rinciannya, di Kecamatan Batu di Desa Sidomulyo, Kelurahan Temas, dan Kecamatan Junrejo di Desa Pendem. 

Berikutnya di Kecamatan Bumiaji masing-masing desa terdapat yaitu Giripurno, Sumber Brantas, Bulukerto, Tulungrejo, Bumiaji, Sumbergondo dan Punten. "Sampai saat ini masih dilakukan penanganan dan pembersihan material setelah banjir bandang," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kota Batu, Agung Sedayu.

 

Dari peristiwa tersebut, dilaporkan sebanyak 15 orang menjadi korban, yang rinciannya ditemukan dalam keadaan selamat delapan orang dan tujuh orang lainnya meninggal dunia. Berdasarkan catatan resmi BPBD, total sebanyak 124 kepala keluarga terdampak, lalu 53 unit rumah rusak, 32 unit rumah terendam lumpur, 11 unit mobil ditambah 46 unit sepeda motor terseret arus.

Hewan ternak yang terdampak sebanyak 128 ekor, delapan lahan, 11 kandang ternak dan dua unit tempat usaha, termasuk pipa saluran air HIPPAM serta PDAM terputus. "Update data kerusakan atau kerugian terus dapat berubah karena proses pendataan masih berlangsung," ucap dia.

Dua hari usai kejadian, Pemkot Batu melakukan pemantauan melalui udara menggunakan helikopter Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk memantau di hulu maupun hilir. Hasilnya, pertama akibat adanya sumbatan di aliran daerah hulu dalam bentuk dam alam atau natural yang disebabkan oleh banyaknya longsor di punggung bukit atau lereng membawa material lumpur, kayu serta batu (tujuh punggung bukit dan enam lembah).

Kemudian, minimnya tanaman tegakan di lereng Gunung Pucung dan Pusung Lading yang berpotensi terjadinya longsoran susulan di daerah tersebut dan berpotensi terbentuknya dam alam di daerah aliran air. Lalu, banyaknya pohon tegakan terlihat putih yang mengindikasikan tanaman tersebut telah mati.

Kematian pohon tersebut diduga akibat kebakaran lereng Arjuna 2019 atau sengaja dimatikan untuk perluasan areal tanam perladangan di wilayah Perhutani. "Tapi, hal tersebut perlu dilakukan penelitian, pengkajian dan pembuktian lebih lanjut," kata Agung.

Berikutnya, adanya alih fungsi lahan dari fungsi hutan ke perladangan tanaman semusim atau tetelan di lereng tersebut. Hal ini menyebabkan air hujan tidak terserap ke dalam tanah tapi menjadi air limpasan atau run off yang berpotensi terjadinya longsor.

Hasil pantauan kedua, diharapkan segera dilakukan antisipasi banjir susulan mengingat masih banyaknya timbunan lumpur, kayu dan batu yang dikhawatirkan saat puncak musim hujan pada Januari-Februari 2022 memungkinkan terbentuknya dam alam atau sumbatan baru."Hasil pantauan udara juga terlihat kurang lebih delapan titik yang berpotensi terjadi dam alam," kata Agung.

 

Penanganan darurat Pemkot Batu juga telah melakukan penanganan, mulai darurat kemudian jangka pendek hingga jangka panjang. Wakil Wali Kota Batu Punjul Santoso menjelaskan, penanganan darurat yang dilakukan usai banjir bandang yakni melakukan evakuasi korban, membersihkan lumpur di beberapa titik, pembersihan jembatan tersumbat, pengarahan alur sungai dan proteksi tebing dengan bronjong.

Untuk penanganan jangka pendek dilakukan revitalisasi kawasan bencana dengan membangun chekdam oprit series dan satu unit overflow di Desa Bulukerto. Kemudian, melokalisasi lokasi banjir bandang menjadi kantong sedimen dengan melakukan pelurusan aliran dan proteksi tebing kanan kiri. "Serta menyosialisasikan ke warga terkait ruang sungai yang rawan bencana jika menjadi pemukiman," tuturnya.

Wawali Punjul juga menjelaskan tentang penanganan jangka panjang, yaitu perlunya pembuatan arboretum di Kawasan Gunung Pucung yang berfungsi untuk pelestarian sumber air. Juga ada reboisasi di kawasan hulu serta pengendalian tata ruang wilayah di sepanjang DAS Brantas Hulu (Sinkronisasi program antara Pemerintah Kota Batu-Kehutananan dan BBWS Brantas).

Mengantisipasi bencana hidrometeorologi, kata Punjul, pihaknya melakukan kesiapsiagaan, antara lain saat menghadapi hujan yang durasinya lebih dari satu jam ditambah objek jarak pandang tak terlihat di jarak 30 meter disertai hujan intensitas tinggi maka harus dilakukan langkah-langkah."Masyarakat di daerah lereng tebing dan bantaran sepanjang aliran sungai harus segera dievakuasi. Tidak boleh terlambat dan harus ikuti anjuran petugas," katanya.

 

Usai peristiwa itu maka Pemkot memberi rekomendasi sebagai tindak lanjut, pertama fenomena La Nina masih akan berlangsung hingga Januari sampai Februari 2021 membawa peningkatan frekuensi dan intensitas curah hujan. Kedua, dilakukan susur sungai oleh instansi yang berpengalaman (TNI-Polri-Basarnas) untuk melihat titik-titik potensi sumbatan atau bendung alam di wilayah hulu, sekaligus pembersihan sisa-sisa pohon tumbang di hulu yang masih berpotensi membendung aliran.

Lalu, menanam pohon keras berakar kuat di pinggir atas lereng tebing terutama di pinggir kawasan kebun semusim yang minim pohon dengan tegakan kuat. Serta menghindari pemanfaatan lereng jalur lembah sungai untuk pemanfaatan kebun semusim dan penegakan aturan sempadan pantai.

Berikutnya, menanam vetiver di lereng terjal lebih dari 30 derajat. Kesiapsiagaan masyarakat untuk evakuasi saat hujan deras dan jejaring peringatan dini berbasis masyarakat.

Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko menyatakan tempat evakuasi direncanakan menggunakan selter umum yang selama ini digunakan sebagai fasilitas isolasi terpusat Covid-19 dan fasilitas umum yang ada di desa apabila kondisi curah hujan sangat tinggi. Hal ini dengan memperhatikan Prakiraan BMKG, bahwa puncak musim hujan akan terjadi pada Januari dan Februari 2022 dan fenomena La Nina bertambah 40 persen dari intensitas normal.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler