Muslim Polandia Bantu Migran yang Putus Asa di Perbatasan

Muslim Polandia khawatir akan ada lebih banyak lagi pemakaman migran.

EPA
Muslim Polandia Bantu Migran yang Putus Asa di Perbatasan. Muslim Tatar di Polandia membawa jenazah bayi migran untuk dimakamkan di Bohoniki, perbatasan Polandia-Belarusia, November 2021.
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, WARSAWA -- Muslim di desa perbatasan Polandia, Bohoniki mengadakan empat pemakaman bagi para migran yang meninggal saat mencoba menyeberangi perbatasan dari negara tetangga, Belarusia. Komunitas Muslim khawatir akan ada lebih banyak lagi pemakaman, menyusul datangnya salju di lereng bukit yang sunyi.

Baca Juga


Pasukan keamanan dan migran setiap saat tak ubahnya seperti bermain petak umpet. Para migran perlahan-lahan merasa putus asa di hutan yang membeku. Anggota komunitas kecil Tatar di Polandia timur berusaha membantu membawa makanan dan pakaian untuk sesama Muslim yang membutuhkan.

Namun demikian, sebuah spanduk digantung di luar masjid desa menyatakan dukungan penuh untuk pekerjaan militer. Mereka menyoroti persaingan emosi dari 2.000 penduduk Tatar. Muslim Tatar menggabungkan kepatuhan terhadap agama dan simpati kepada para pendatang baru dengan loyalitas yang kuat kepada Polandia.

“Bagaimanapun, kami adalah pengungsi,” kata salah satu warga Muslim Eugenia Radkiewicz yang menyapa pengunjung di masjid, dikutip di The National News, Ahad (28/11).

Bohoniki memiliki salah satu dari dua masjid yang selamat dari perang, penindasan, dan perubahan rezim di Polandia timur selama abad ke-20. Wilayah ini merupakan benteng dari salah satu komunitas Muslim tertua di Eropa.

 

Desa yang berjarak sekitar 15 kilometer dari perbatasan dengan Belarusia ini disumbangkan oleh raja Polandia lebih dari 300 tahun yang lalu. Ia merasa berterima kasih atas bantuan yang diberikan oleh prajurit Tatar dari Krimea dalam mempertahankan perbatasan timurnya.

Mantan presiden Bronislaw Komorowski menyebut darah mereka yang tertumpah dalam pertempuran ini membantu membentuk pondasi Republik Polandia modern. Tentara Polandia ditempatkan hanya satu kilometer di luar desa. Tentara berkerumun di sekitar anglo di persimpangan jalan di mana para migran yang melarikan diri ke Eropa barat berdatangan.

Beberapa poster dengan tulisan tangan dipaku di pohon-pohon sepanjang jalan menuju desa. Poster ini mengungkapkan rasa terima kasih kepada para prajurit karena telah mempertahankan perbatasan.

Keturunan pejuang Tatar yang kini berjumlah sekitar 30 orang dari 100 penduduk desa, terus melaksanakan sholat di masjid kecil berpanel kayu. Mereka bekerja di kota-kota terdekat dan tambang di pinggiran desa.

Mereka juga menonjol dalam membantu mengumpulkan paket makanan untuk mengurangi kesengsaraan migran. Para migran bersembunyi di hutan yang luasnya menutupi sebagian besar tanah di bagian timur Polandia ini. Mereka bersembunyi ketika mereka mencoba menerobos pagar dan menghindari pasukan perbatasan.

Foto selebaran yang disediakan oleh BelTA menunjukkan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko (kanan) berbicara kepada para migran saat ia mengunjungi pusat transportasi dan logistik Bruzgi di perbatasan Belarusia-Polandia, di wilayah Grodno, Belarusia, 26 November 2021. - ( EPA-EFE/MAXIM GUCHEK / BelTA )

 

Saat ini, krisis migran disebut telah mereda dengan ratusan orang diterbangkan kembali ke Irak setelah menyerah pada impian mereka akan kehidupan baru di Eropa. Uni Eropa menuduh Belarusia mengatur pergerakan migran.

Banyak dari mereka berasal dari Kurdistan Irak, dengan menawarkan visa dan mengantar mereka ke perbatasan sebagai pembalasan karena menjatuhkan sanksi pada rezim otokratis Presiden Alexander Lukashenko. Lukashenko mengunjungi sebuah gudang di sisi perbatasan Belarusia di mana sekitar 2.000 orang tinggal di akomodasi sementara. Dia mengatakan negaranya tidak akan menghalangi jika mereka ingin mencoba melintasi perbatasan.

Empat dari setidaknya 13 orang yang meninggal saat mencoba menyeberang dimakamkan di pemakaman di Bohoniki. Di antara mereka adalah warga Suriah bernama Ahmed Al Hassan yang tenggelam saat mencoba menyeberangi sungai, serta seorang migran Yaman, Mustafa Mohammed Murshed Al Raimi. Seorang anak yang belum lahir yang ibunya keguguran saat dia berjalan melalui hutan bersama keluarganya berada di sisi pemakaman lainnya.

"Bukan masalah bagi kami mengubur mereka dengan bermartabat daripada di kuburan tanpa nama dan tanpa rasa hormat. Jika ada lebih banyak jenazah yang perlu dikubur, maka kami akan melakukannya. Kami akan memberi ruang," ucap Radkiewicz.

Penjagaan militer yang ketat menghentikan siapa pun yang tidak memiliki izin berada dalam jarak tiga kilometer dari perbatasan. Radkiewicz mengatakan salah satu dari sedikit orang yang diizinkan lewat adalah Maciej Szczesnowicz, pemimpin Muslim setempat.

 

“Dari komunitas Muslim kami, ada banyak bantuan. Kami juga memasak sup untuk para prajurit. Kami melayani 300 porsi setiap hari," kata Szczesnowicz.

Kelompok-kelompok hak asasi telah mengeluarkan tuduhan Pemerintah Polandia melakukan pelanggaran hukum internasional, dalam tanggapannya terhadap para migran. Termasuk di dalamnya mendorong para pencari suaka kembali ke Belarusia.

Polandia merupakan negara yang sebagian besar masyarakatnya beragama Katolik dan homogen secara etnis, dijalankan oleh partai Hukum dan Keadilan. Pemimpinnya mengecam migrasi dari Timur Tengah, dengan mengatakan kedatangannya dapat membawa penyakit dan parasit.

Seorang mufti yang memimpin komunitas Muslim Polandia, Tomasz Miskiewicz, menyebut setiap pihak berhak memiliki tempat untuk tinggal dan berteduh, baik ia hadir secara legal maupun tidak. "Terlepas dari seseorang berhak untuk tinggal secara legal di Polandia atau tidak, setiap orang berhak atas atap di atas kepala mereka, atas tempat tinggal yang hangat, atas piring dengan sup hangat dan makanan hangat pada umumnya, atas pakaian yang layak," ujarnya.

Foto selebaran yang disediakan oleh BelTA menunjukkan orang-orang selama pertemuan dengan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko (tidak digambarkan) di pusat transportasi dan logistik Bruzgi di perbatasan Belarusia-Polandia, di wilayah Grodno, Belarus 26 November 2021. - (EPA-EFE/LEONID SCHEGLOV/BEITA)

 

https://www.thenationalnews.com/world/europe/2021/11/28/polish-muslims-bring-aid-to-desperate-migrants-stuck-on-the-border/

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler