Ini Waktu yang Tepat untuk Jalani Program Bayi Tabung

Dokter spesialis ginekologi dan onkologi ungkap waktu yang tepat memulai bayi tabung

Pixabay
Ilustrasi kaki bayi. Dokter spesialis ginekologi dan onkologi ungkap waktu yang tepat memulai bayi tabung.
Rep: Dadang Kurnia Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dokter spesialis ginekologi dan onkologi Budi Santoso mengungkapkan waktu yang tepat untuk mulai memeriksakan kesuburan yang kemungkinan dilanjutkan untuk menjalani program bayi tabung. Menurutnya, ketika pasangan suami istri telah menjalankan hubungan seksual secara normal yakni dua sampai tiga kali dalam sepekan tapi setelah usia pernikahan satu tahun tidak kunjung mendapatkan keturunan sebaiknya segera memeriksakan diri.

"Kalau satu tahun belum hamil, perlu dilakukan eksplorasi apa penyebabnya untuk dicari tahu faktor penyebabnya ada di suami atau istrinya. Hingga nantinya diketahui perlu atau tidaknya menjalankan program bayi tabung," ujarnya di Surabaya, Ahad (28/11).

Setelah nantinya dipastikan harus menjalani program bayi tabung, beberapa persiapan harus dijalani pasangan suami istri tersebut. Mulai persiapan fisik, cek laboratorium, hingga psikologis. Persiapan psikologis menurutnya menjadi faktor paling penting untuk kesuksesan program bayi tabung yang dijalani.

Pasangan suami istri tersebut harus saling mendukung dan tidak menyalahkan satu sama lain agar tidak timbul stres. "Saling mendukung, tidak saling menyalahkan, itu malah justru banyak yang berhasil. Istri waktunya periksa suami yang antar, supaya tidak stres," ujarnya.

President Director Morula IVF Indonesia Ivam Rizal Sini menjelaskan masyarakat Indonesia beberapa tahun terakhir mulai memahami program bayi tabung menjadi solusi terbaik untuk permasalahan fertilitas. Hal ini dibuktikan dengan terus berkembangnya program bayi tabung secara pesat.

Berdasarkan data Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia (Perfitri), total siklus program bayi tabung di Indonesia pada 2020 mencapai lebih dari 8.300 siklus. Jumlah itu memang mengalami penurunan dibanding 2019 yang mencapai hampir 12 ribu siklus. Pengurangan terjadi karena dampak pandemi Covid-19.

"Namun jika dibandingkan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, jumlah siklus bayi tabung di Indonesia jauh lebih besar," ujarnya.

Tingginya minat bayi tabung di Indonesia, kata dia, berbanding lurus dengan potensi jumlah penduduk di Indonesia yang saat ini mencapai 273 juta jiwa. Dari total penduduk Indonesia, kasus infertilitas atau keadaan kurang subur berkisar antara 11 hingga 12 persen dari populasi pasangan usia produktif.

Pertumbuhan permintaan solusi fertilitas juga disebut meningkat di Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya. Benediktus Arifin yang merupakan tim dokter dari Morula IVF Surabaya mengungkap dalam satu tahun saja pihaknya melayani sekitar 800 program bayi tabung. Maka dari itu pihaknya berencana membuka tiga klinik baru di Surabaya.

"Cabang baru ini guna melayani lebih banyak lagi pasangan di Surabaya maupun Jawa Timur dan Bali, dalam hal fertilitas," ujarnya.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler