TNI Diminta Komitmen Benahi Internal untuk Jaga Soliditas
TNI menegaskan memproses oknum yang terlibat dalam bentrok sesama prajurit.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pengamat Militer Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menanggapi terkait perkelahian antaroknum prajurit TNI Angkatan Darat dan Laut di jembatan Barelang, Batam yang viral di media sosial. Menurutnya, harus ada komitmen bersama untuk membenahi internal TNI.
"Ini penyakit kambuhan. Berulang terus dan tidak pernah diobati dengan baik. Padahal kalaupun tidak bisa disembuhkan, setidaknya ada komitmen bersama untuk membenahi internal TNI karena pemicunya ada di dalam rumah. Seperti egosektoral, superioritas, kebanggaan dan jiwa korsa yang dipompa berlebihan, yang kemudian berekses rendahnya penghormatan dan hadirnya ketidaksukaan pada pihak lain,"katanya saat dihubungi RepJabar, Selasa (30/11).
Kemudian, ia melanjutkan para TNI memang dicetak untuk bermental juara selalu berkompetisi untuk menjadi yang paling unggul. Kesalahan dan kekalahan adalah hal yang dianggap sangat memalukan.
Ia menambahkan adanya kesenjangan antara konstruksi realitas digital dengan realitas sosial. Di ruang digital tampak ada sinergitas yang baik ditampilkan pimpinan TNI melalui beragam even dan momen seremonial.
"Namun kenyataannya, persoalan kecil saja ternyata sudah bisa memicu perkelahian bahkan kontak senjata yang bukan saja membahayakan para prajurit itu sendiri namun juga dapat mengancam keselamatan warga masyarakat," kata dia.
TNI memiliki tingkat kepercayaan yang lebih baik sebagai institusi yang mestinya tidak banyak terlibat langsung dalam urusan-urusan publik. Dalam hal ini, harus bisa mengendalikan diri dari keterlibatan berlebihan dan tidak menonjolkan superioritasnya.
"Kuncinya ada pada pembenahan integritas moral dan praktik-praktik kepemimpinan terutama bagi para pimpinan atau perwira di lapangan," kata dia.
Para pimpinan mestinya paling dulu menerapkan kedisiplinan, kepatuhan dan kesadaran untuk tidak melakukan tindakan yang memalukan dan merusak nama baik korps dan ini akan menjadi teladan bagi para personel di bawahnya.
"Tentu saja ini tidak berarti evaluasi sistem pendidikan, pembinaan personel, pola asuh dan pembenahan regulasi tidak perlu dilakukan. Ini persoalan yang tidak bisa diselesaikan secara instan apalagi hanya dengan bermaafan dan foto bareng," kata dia.
Sebelumnya diketahui, video perkelahian antar oknum prajurit TNI Angkatan Darat dan Laut di jembatan Barelang, Batam, Kepulauan Riau viral di media sosial. Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) Korps Marinir Kolonel Marinir Gugun SR menegaskan kalau oknum yang terlibat telah diperiksa oleh polisi militer AL (Pomal).
Gugun tidak tahu pasti kapan peristiwa adu jotos itu terjadi. Namun, ia memastikan Pomal tengah mengusut kejadian itu. "Saat ini sudah dilimpahkan ke Pomal untuk dilakukan pemeriksaan. Penyebabnya akan diselidiki terkait siapa yang benar, siapa yang salah," kata Gugun, Senin (29/11).
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Prantara Santosa menyebutkan, oknum prajurit TNI yang terlibat bentrok di sejumlah daerah akan diproses hukum. Pusat Polisi Militer TNI bersama dengan Pusat Polisi Militer TNI AD atau angkatan terkait, sedang melakukan proses hukum terhadap semua oknum anggota TNI yang terlibat dalam dugaan tindak pidana.
Kapuspen TNI dalam keterangannya mengatakan, sejumlah peristiwa bentrokan itu, yakni peristiwa bentrok di Ambon antara oknum TNI AD Provost Denmadam XVI/PTM dengan oknum Satlantas Polresta Ambon pada Rabu (24/11). Kedua, bentrok di Tembagapura, Kabupaten Mimika antara oknum TNI AD dari Satgas Nanggala dengan oknum Polri dari Satgas Amole Brimobda Aceh pada Sabtu (27/11).
"Insiden ketiga adalah bentrok di Batam antara oknum TNI AD dari Batalyon Infanteri Raider Khusus 136/TS dengan oknum TNI AL dari Batalyon 10 Marinir pada Sabtu (27/11)," ujarnya.